Sejarah Suku Osing: Jejak Peradaban Leluhur di Ujung Timur Jawa!

Sabtu 07-06-2025,23:18 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Meskipun memiliki kemiripan dengan bahasa Jawa, bahasa Osing memiliki struktur, pelafalan, dan kosakata yang khas, yang membuatnya unik dan sulit dipahami oleh penutur Jawa pada umumnya.

Dalam praktik sehari-hari, bahasa Osing digunakan dalam lingkungan keluarga, kegiatan adat, serta dalam kesenian tradisional. 

Namun, generasi muda kini mulai lebih akrab dengan bahasa Indonesia, sehingga beberapa pihak mengkhawatirkan tergerusnya bahasa Osing sebagai identitas utama budaya mereka.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Patuha: Antara Alam, Mitos, dan Jejak Vulkanik!

Struktur Sosial dan Kepercayaan

Masyarakat Osing memiliki struktur sosial yang erat dengan nilai-nilai kolektif dan kekerabatan. 

Gotong royong menjadi prinsip utama dalam kehidupan sosial mereka, yang terlihat dalam berbagai kegiatan seperti membangun rumah, menggelar upacara, dan panen hasil pertanian.

Dalam hal kepercayaan, meskipun mayoritas masyarakat Osing saat ini memeluk agama Islam, masih banyak tradisi lokal yang menunjukkan warisan spiritual Hindu-Buddha. 

Upacara tradisional seperti Kebo-Keboan, Barong Ider Bumi, dan Tumpeng Sewu mencerminkan perpaduan antara kepercayaan leluhur dan ajaran agama yang lebih baru.

Ritual-ritual ini dijalankan dengan penuh khidmat, dan biasanya berkaitan dengan permohonan keselamatan, kesuburan, serta tolak bala.

Seni dan Budaya

Suku Osing juga dikenal kaya akan seni tradisional.

BACA JUGA:Sejarah Gunung Sanggar: Jejak Alam dan Legenda dari Jantung Nusa Tenggara Barat!

Musik gamelan Osing, tarian Gandrung, dan seni pertunjukan seperti Janger menjadi identitas kultural yang terus dijaga.

Tari Gandrung misalnya, dahulu merupakan bentuk penghormatan kepada Dewi Padi, lambang kesuburan dan panen. 

Kini, tarian ini menjadi ikon pariwisata Banyuwangi yang mendunia.

Kategori :