Artinya, selama lebih dari 90 tahun, Dukono terus mengeluarkan asap, abu, dan kadang-kadang letusan kecil.
Meskipun tidak selalu mematikan, aktivitasnya tetap menjadi ancaman bagi wilayah sekitar, terutama dalam bentuk hujan abu dan gangguan penerbangan.
Peran dalam Kehidupan Masyarakat Lokal
BACA JUGA:Sejarah Rumah H.O.S. Tjokroaminoto: Saksi Bisu Lahirnya Pemikiran Besar Bangsa!
Bagi masyarakat sekitar, Gunung Dukono bukan sekadar ancaman alam, tetapi juga bagian dari kehidupan dan kepercayaan lokal.
Dalam cerita rakyat Halmahera, Dukono kerap disimbolkan sebagai roh penjaga bumi yang bisa murka bila keseimbangan alam terganggu.
Oleh karena itu, berbagai upacara adat dan ritual penghormatan sering dilakukan untuk “menenangkan” gunung.
Secara ekonomi, keberadaan Dukono juga membawa manfaat. Tanah di sekitar lerengnya menjadi subur karena abu vulkanik, yang mendukung pertanian lokal.
Selain itu, letusan-letusan kecilnya menarik perhatian para peneliti dan wisatawan yang ingin menyaksikan langsung fenomena alam ini dari dekat, meski tentu saja harus dengan pengawasan ketat.
Peran Strategis dan Ilmiah
BACA JUGA:Sejarah Rumah Adat Baloy: Warisan Budaya Suku Tidung di Kalimantan Utara!
Gunung Dukono memiliki peran penting dalam penelitian geologi dan vulkanologi di Indonesia. Aktivitasnya yang konsisten menjadi laboratorium alami untuk mempelajari proses vulkanik jangka panjang.
Lembaga-lembaga seperti PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) secara rutin memantau gunung ini untuk mengetahui pola aktivitasnya.
Dari sisi strategi nasional, Dukono juga menjadi indikator penting dalam sistem peringatan dini bencana.
Karena letusan-letusan abu vulkaniknya dapat memengaruhi jalur penerbangan, data dari gunung ini sangat penting bagi sistem navigasi udara, khususnya di kawasan Indonesia timur.
Letusan Terkini dan Tindakan Mitigasi