PAGARALAMPOS.COM - Di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut, tersembunyi sebuah desa adat yang memikat hati para penjelajah budaya dan pecinta alam.
Namanya adalah Wae Rebo, sebuah desa adat di Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dengan keunikan arsitektur dan kehidupan tradisional yang masih lestari, Wae Rebo dijuluki sebagai "desa di atas awan" karena lokasinya yang berada di puncak pegunungan dan sering diselimuti kabut pagi.
Namun, Wae Rebo bukan sekadar objek wisata. Di balik keindahannya, tersimpan sejarah panjang, tradisi kuat, dan kearifan lokal yang dijaga erat oleh penduduknya selama tujuh generasi.
BACA JUGA:Sejarah Tradisi Fahombo: Lompat Batu sebagai Simbol Keberanian dan Kedewasaan Suku Nias!
Asal Usul dan Sejarah
Menurut cerita turun-temurun, nenek moyang Wae Rebo berasal dari wilayah Minangkabau di Sumatra Barat.
Mereka melakukan perjalanan panjang menuju timur, hingga akhirnya menetap di pegunungan Manggarai.
Ia mendirikan permukiman di lokasi saat ini karena pertimbangan strategis: jauh dari pantai untuk menghindari ancaman bajak laut dan cukup tinggi untuk menjaga keamanan serta kesejukan iklim.
Wae Rebo telah berdiri selama lebih dari 100 tahun, bahkan diyakini mencapai usia lebih dari tiga abad.
BACA JUGA:Sejarah Vihara Ksitigarbha Bodhisattva: Jejak Spiritualitas Tionghoa di Pulau Bintan!
Masyarakat setempat masih menjaga garis keturunan dan sistem sosial adat yang diwariskan oleh Empu Maro, dan setiap keputusan penting di desa masih disepakati melalui musyawarah adat.
Keunikan Arsitektur Rumah Mbaru Niang
Rumah ini berbentuk kerucut menjulang ke atas, terbuat dari bahan-bahan alami seperti kayu, ijuk, dan bambu. Uniknya, Mbaru Niang memiliki lima tingkat:
- Lutur – tempat tinggal keluarga
- Lobo – tempat menyimpan bahan makanan
- Lentar – tempat menyimpan benih atau peralatan
- Lumba – tempat menyimpan bahan persembahan
- Hekang Kode – tempat suci untuk roh leluhur