Sejarah Vihara Ksitigarbha Bodhisattva: Jejak Spiritualitas Tionghoa di Pulau Bintan!

Senin 26-05-2025,12:07 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Di balik ketenangan Pulau Bintan, Kepulauan Riau, berdiri megah sebuah tempat ibadah yang mencuri perhatian siapa pun yang melintas—Vihara Ksitigarbha Bodhisattva.

Vihara ini bukan hanya sekadar tempat sembahyang bagi umat Buddha, tetapi juga merupakan salah satu vihara terbesar dan paling artistik di Indonesia.

Dengan arsitektur yang sarat makna dan suasana spiritual yang kental, vihara ini menjadi perpaduan harmonis antara keagamaan, budaya, dan keindahan seni ukir Tionghoa.

Awal Mula Pembangunan

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Bukit Salib Kasih: Simbol Iman di Tanah Tapanuli!

Pembangunan Vihara Ksitigarbha Bodhisattva dimulai pada awal dekade 2000-an, atas prakarsa komunitas Tionghoa lokal yang ingin menghadirkan ruang spiritual yang agung dan bermakna.

Vihara ini terletak di kawasan Senggarang, sekitar 14 km dari Tanjungpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.

Nama vihara ini diambil dari nama salah satu bodhisattva paling penting dalam ajaran Buddha Mahayana.

Yakni Ksitigarbha (dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai Dizang Pusa), yang dikenal sebagai pelindung makhluk di alam bawah dan penolong arwah.

Filosofi belas kasih dan dedikasi Ksitigarbha untuk menyelamatkan semua makhluk dari penderitaan menjadi dasar utama ajaran di vihara ini.

BACA JUGA:Sejarah Masjid 99 Kubah: Simbol Keagungan dan Arsitektur Islami di Makassar!

Keunikan Arsitektur dan Patung Seribu

Yang menjadikan Vihara Ksitigarbha Bodhisattva begitu menonjol adalah keberadaan lebih dari 500 patung arhat (murid Buddha yang tercerahkan) yang terpahat dengan detail ekspresi unik, menggambarkan berbagai watak dan emosi manusia.

Setiap patung memiliki gestur, mimik wajah, dan atribut yang berbeda, seolah menyampaikan pesan bahwa spiritualitas dapat hadir dalam beragam bentuk kehidupan.

Kategori :