Siapakah Douwes Dekker Si Belanda yang Memicu Api Nasionalisme di Timur?

Selasa 13-05-2025,20:39 WIB
Reporter : Gita
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Dalam pembahasan tentang kebangkitan nasionalisme di Indonesia, sosok Douwes Dekker atau Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker yang dikenal juga sebagai Danudirja Setiabudi, sering kali berada dalam bayang-bayang tokoh-tokoh besar lainnya seperti Soekarno dan Hatta.

Namun, kontribusi pria yang lahir di Pasuruan, Jawa Timur, pada tanggal 8 Oktober 1879 ini seharusnya tidak dilupakan. Ia bukan hanya seorang pejuang, melainkan juga penggerak semangat kebangsaan sejak jauh sebelum proklamasi diumumkan.

BACA JUGA:Mereka Tak Terima Indonesia Merdeka Agresi Belanda Nyaris Gagalkan KMB

Douwes Dekker lahir dari keluarga Indo-Belanda dan merupakan cucu dari Multatuli (Eduard Douwes Dekker), seorang penulis Belanda terkenal yang secara tajam mengkritik kolonialisme dalam karya besarnya, Max Havelaar.

Latar belakang keluarganya dan warisan darah campuran ini menghasilkan kepedulian sosial dan sikap pro terhadap pribumi yang tertekan oleh kekuasaan kolonial.

Tidak puas hanya dengan peran sebagai wartawan atau penulis, Douwes Dekker melangkah lebih jauh ke dunia politik untuk melawan. Bersama Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, ia mendirikan Indische Partij pada tahun 1912.

Ketiga tokoh ini dikenal sebagai “Tiga Serangkai”, yang menjadi simbol perlawanan intelektual terhadap ketidakadilan yang diterapkan oleh pemerintahan kolonial.

BACA JUGA:Sejarah Benteng Amsterdam: Simbol Kejayaan Kolonial Belanda dan Perjuangan Rakyat Maluku!

Indische Partij adalah partai politik pertama di Hindia Belanda yang secara terbuka menyerukan kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Ini merupakan langkah yang sangat progresif untuk waktu itu.

Partai ini memperjuangkan ide kebangsaan tanpa membedakan ras, warna kulit, atau kelas sosial—sebuah konsep yang jauh melampaui zamannya.

Tidak mengherankan jika pemerintah kolonial merasa terancam dan segera membubarkan partai tersebut, sekaligus mengusir para pendirinya ke luar negeri.

BACA JUGA:Douwes Dekker Si Belanda yang Menyalakan Api Nasionalisme di Timur

Meski demikian, semangat yang dinyalakan oleh Douwes Dekker tidaklah padam. Selama di pengasingan, ia terus menulis, mengajar, dan menyebarkan semangat kemerdekaan.

Ia memahami bahwa pendidikan merupakan cara terbaik untuk melawan penindasan. Setelah kembali ke tanah air, ia mendirikan sekolah dan terus berjuang untuk ajaran persatuan nasional, terutama di kalangan generasi muda dan kaum terpelajar.

BACA JUGA:Sejarah Benteng De Kock di Bukittinggi: Simbol Perjuangan Rakyat Minangkabau Melawan Penjajahan Belanda!

Kategori :