Kekaisaran Aztec Ketika Dewa, Raja, dan Perang Jadi Satu

Selasa 13-05-2025,12:30 WIB
Reporter : Yogi
Editor : Gelang

Di puncaknya berdiri Huey Tlatoani, sang “Pembicara Besar”, gelar yang lebih mirip penyambung lidah para dewa daripada sekadar kepala negara. 

Di bawahnya, bangsawan, jenderal, dan pendeta bersaing dalam politik istana yang rumit dan tak jarang berlumur konspirasi.

Kekayaan kekaisaran berasal dari sistem upeti yang ketat. 

Kota-kota taklukan wajib mengirim emas, kakao, kapas, dan bahkan manusia ke Tenochtitlan, ibu kota Aztec yang megah Kekuasaan mereka lebih banyak berdasar rasa takut daripada cinta. 

BACA JUGA:Sejarah Danau Siambul: Dari Bekas Tambang Menjadi Surga Tersembunyi di Riau!

Tapi takut yang efektif adalah fondasi imperium.

Aztec adalah penakluk ulung Mereka memulai sebagai kaum pengembara, diusir dari banyak tempat, sampai mereka menemukan pulau kecil di Danau Texcoco. 

Di sana, mereka melihat tanda suci seekor elang memakan ular di atas kaktus. 

Itulah pertanda ilahi Dari tanah yang awalnya tak diinginkan itu, mereka membangun Tenochtitlan permata Mesoamerika.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Sindoro: Jejak Alam dan Peradaban di Tengah Jawa!

Namun, penakluk pun bisa ditaklukkan. 

Pada 1519, Hernán Cortés tiba bersama pasukan Spanyol dan ambisi yang lebih besar dari pegunungan Andes Dibantu oleh senjata api, kuda, penyakit, dan perpecahan antar suku, kekaisaran itu pun runtuh. 

Ironisnya, kepercayaan religius Aztec turut mempercepat kehancuran mereka mengira Cortés adalah Quetzalcoatl, dewa berwajah putih yang diramalkan akan kembali.

Hari ini, reruntuhan Templo Mayor berdiri bisu di tengah hiruk-pikuk Mexico City.

BACA JUGA:Raja Terkaya Sepanjang Sejarah Kekayaan Mansa Musa Bikin Dunia Terpana

Tapi batu-batu itu masih menyimpan gema masa lalu. Upacara, kuasa, dan penaklukan Aztec tidak mati mereka hanya berubah bentuk. 

Kategori :