Jepang pun pergi, meninggalkan negeri ini dalam kehancuran—tetapi juga dalam semangat baru: merdeka atau mati.
Kini, 80 tahun lebih telah berlalu sejak masa itu.
BACA JUGA:Sejarah Candi Sanggrahan: Warisan Spiritual dan Jejak Majapahit di Tanah Tulungagung!
Tapi kenangan akan tiga setengah tahun terpanjang itu tetap hidup.
Ia menjadi pengingat, bahwa kemerdekaan tak selalu lahir dari perang terbuka, tetapi juga dari ketegangan, kelicikan politik, dan penderitaan yang tak tertahankan. Jepang datang sebagai penguasa baru, tetapi justru membukakan jalan bagi Indonesia menjadi bangsa merdeka.
Tiga setengah tahun waktu yang mungkin singkat dalam sejarah, namun
panjang dalam luka dan pelajaran.