Bayangkan 1.500 tahun lalu, seorang raja meninggalkan jejak kakinya di batu, agar kita tahu, dia pernah memimpin dari tepian sungai ini, Purnawarman bukan raja sembarangan.
Ia bukan hanya memimpin lewat pedang, tapi juga lewat pembangunan.
Salah satu bukti nyatanya adalah proyek penggalian dan normalisasi saluran air yang disebut dalam Prasasti Tugu.
Dikisahkan bahwa sepanjang 12 kilometer dari Sungai Gomati dan Candrabaga (diduga bagian dari sistem Citarum), digali untuk mengatasi banjir dan mengairi sawah.
BACA JUGA:Mengulik Sejarah Candi Gunung Wukir: Jejak Awal Kerajaan Mataram Kuno!
Pekerjaan itu disebut rampung dalam waktu 21 hari, Bahkan dilakukan ritual persembahan berupa ribuan ekor sapi sebagai bentuk syukur.
Dalam skala hari ini, itu seperti proyek bendungan besar yang dikerjakan tanpa alat berat. Hanya dengan tenaga manusia dan kekuatan kolektif.
Meski Tarumanegara akhirnya meredup, warisannya tetap mengalir bersama Citarum.
Banyak nama tempat di Jawa Barat yang diyakini punya akar dari masa kerajaan ini.
Termasuk nama “Tarum” yang jadi asal kata “Tarumanegara” diambil dari tumbuhan tarum, pewarna ungu alami yang banyak ditemukan di sekitar sungai itu.
Sungai Citarum hari ini memang tidak secemerlang dulu.
Tapi setiap riak airnya masih menyimpan cerita, setiap batu di dasarnya bisa jadi pernah mengalirkan perahu dagang Tarumanegara.
Dan siapa tahu, di dasar itu masih ada jejak telapak kaki yang belum ditemukan.