Data pengamatan yang dikumpulkan digunakan oleh astronom dari Belanda dan negara lain untuk studi pergerakan bintang, galaksi, hingga fenomena matahari.
Setelah Indonesia merdeka, observatorium ini sempat mengalami masa transisi.
BACA JUGA:Mengejutkan, inilah Rahasia Pandangan Belanda Terhadap Rakyat Indonesia
Namun pada tahun 1951, kepemilikannya resmi diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan menjadi bagian dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sejak saat itu, Observatorium Bosscha berperan penting dalam pendidikan astronomi, khususnya sebagai laboratorium terbuka bagi mahasiswa ITB dan sekolah-sekolah lainnya.
Sumber Inspirasi Generasi Muda
Selain fungsi akademik, Observatorium Bosscha juga menjadi tempat yang membuka wawasan masyarakat umum tentang langit.
Setiap tahun, ribuan pelajar dan pengunjung datang untuk melihat langsung teleskop raksasa dan mengenal bintang-bintang di langit malam.
BACA JUGA:Terungkap Pahlawan Daerah yang Dilupakan Sejarah, Padahal Jasanya Luar Biasa
Program kunjungan edukatif menjadi andalan, di mana pengunjung bisa belajar tentang tata surya, galaksi, serta pentingnya menjaga langit dari polusi cahaya.
Tidak sedikit ilmuwan Indonesia yang terinspirasi untuk menekuni bidang astronomi setelah mengunjungi Bosscha saat masih duduk di bangku sekolah.
Tempat ini bukan hanya simbol kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga ikon yang membangkitkan rasa ingin tahu tentang alam semesta.
Tantangan di Era Modern
Cahaya buatan dari lampu-lampu kota mengganggu kejelasan langit malam, sehingga kualitas pengamatan bintang menjadi menurun.
Para peneliti dan pengelola observatorium kini terus menyuarakan pentingnya menjaga kawasan sekitar tetap gelap agar fungsi observatorium tidak terganggu.
BACA JUGA:Sejarah Museum Pendidikan Nasional Indonesia: Jejak Perkembangan Pendidikan di Tanah Air!