Aliran air dari Gunung Lesung menjadi sumber kehidupan bagi sawah-sawah di sekitarnya, dan peran gunung ini pun dihormati melalui berbagai upacara adat.
Nuansa Mistis dan Kepercayaan Lokal
Selain nilai sejarahnya, Gunung Lesung juga dikenal sebagai tempat yang sakral. Banyak masyarakat Bali percaya bahwa gunung ini adalah tempat bersemayamnya makhluk halus penjaga alam.
Tak jarang, pendaki maupun pengunjung yang datang ke kawasan ini merasakan atmosfer mistis, terutama ketika kabut mulai turun dan suasana menjadi hening.
BACA JUGA:Gunung Tambora dan Tahun Tanpa Musim Panas, Ketika Indonesia Mengubah Dunia
Legenda yang cukup populer menyebutkan bahwa Gunung Lesung adalah bagian dari kerajaan gaib yang tersembunyi.
Beberapa warga bahkan mengaku pernah mendengar suara gamelan atau melihat penampakan misterius di tengah hutan saat malam hari.
Karena itu, sebelum mendaki, banyak orang Bali melakukan ritual "matur piuning" atau memohon izin agar perjalanan mereka lancar dan tidak diganggu oleh penunggu gaib.
Gunung Lesung dalam Kehidupan Modern
BACA JUGA:Sukhoi dan Kutukan Gunung Salak, Sebuah Tragedi dalam Kabut
Di era modern, Gunung Lesung mulai dikenal sebagai destinasi pendakian alternatif bagi wisatawan yang mencari ketenangan dan keaslian alam.
Jalur pendakiannya tidak terlalu sulit, namun cukup menantang karena vegetasi hutan yang masih lebat.
Pemandangan dari puncak Gunung Lesung menawarkan panorama Danau Tamblingan dan kawasan pegunungan lainnya yang sangat memukau, terutama saat matahari terbit.
Namun, karena sifatnya yang masih sangat alami dan belum terlalu tersentuh oleh industri pariwisata massal, pendakian ke Gunung Lesung tetap perlu dilakukan dengan penuh kesadaran dan rasa hormat terhadap alam dan budaya setempat.
BACA JUGA:Apa yang Sebenarnya Terjadi di Pasar Bubrah Merapi?
Banyak komunitas lokal juga mulai mendorong konsep ekowisata agar keberadaan gunung ini tetap terjaga.