Tahun 2002, awan panas menewaskan sejumlah penambang pasir.
Desember 2021, Semeru kembali meletus hebat, menyebabkan longsoran lahar dan debu vulkanik yang melumpuhkan beberapa desa seperti Curah Kobokan, serta menelan korban jiwa dan kerusakan parah.
Letusan Semeru tidak hanya menjadi fenomena geologi, tapi juga bagian dari kepercayaan lokal bahwa gunung ini sedang “marah” atau memberi peringatan terhadap perilaku manusia.
Misteri Jonggring Saloka Kawah Terlarang
Jonggring Saloka, nama kawah utama Semeru, bukan hanya sekadar lokasi aktivitas vulkanik tetapi juga dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Dewa Brahma dalam kepercayaan masyarakat Hindu Jawa kuno. Menurut kepercayaan lokal kawah ini adalah pintu gerbang menuju dunia para dewa, dan tempat sakral yang tidak boleh dilalui sembarangan.
BACA JUGA:Tarian Jaipong, Ini dia Sejarah Tarian Tradisional Dengan Sentuhan Modern
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Tari Piring, Simbol Keseimbangan Dalam Budaya Minangkabau!
Beberapa pendaki yang mencoba terlalu dekat dengan area kawah melaporkan perasaan tidak nyaman, mendengar suara-suara aneh seperti gamelan, bisikan atau bahkan sosok gaib yang muncul di tengah kabut. Oleh karena itu hingga kini akses ke puncak Semeru (Mahameru) secara resmi dibatasi, dan pendaki hanya diperbolehkan sampai Kalimati atau Arcopodo.
Masyarakat sekitar bahkan percaya bahwa ada penjaga gaib di puncak Semeru yang tidak semua orang bisa temui atau lewati. Pendaki yang datang dengan niat buruk atau tidak menghormati adat, diyakini akan tersesat, jatuh sakit bahkan celaka.
Ritual dan Spiritualitas Mahameru sebagai Poros Suci
Bagi umat Hindu terutama penganut Hindu Dharma di Bali, Semeru dianggap sebagai “gunung suci tertinggi”. Gunung ini disebut dalam berbagai mantra dan sering dipuja dari kejauhan. Ritual-ritual seperti labuhan sesaji, tirta yatra dan penyucian diri kadang dilakukan di lereng Semeru.
BACA JUGA:Papua Sebelum Kita, Ketika Sejarah Tak Tertulis Berbicara!
BACA JUGA:Sejarah Misteri Ranu Kumbolo: Pesona dan Cerita di Balik Danau Mistis Semeru!
Tak hanya itu kepercayaan lokal masyarakat Tengger keturunan Majapahit yang tinggal di sekitar kawasan Bromo-Tengger-Semeru juga menganggap Semeru sebagai gunung agung yang tidak boleh dijadikan permainan.
Mereka mempercayai adanya tata ruang spiritual di Jawa dengan Gunung Semeru sebagai poros utamanya, bersambung secara mistis dengan Gunung Bromo dan Gunung Arjuno.
Kejadian Aneh dan Pengalaman Pendaki