Praktik ini tidak dianggap sebagai pelanggaran moral, melainkan bagian dari strategi sosial untuk memperkuat aliansi antar keluarga atau klan.
Meskipun poligini diperbolehkan, tidak semua pria dalam Suku Yanomami memiliki banyak istri. Hal ini bergantung pada status sosial, kemampuan berburu, dan kontribusi mereka kepada komunitas.
Pria yang lebih tua atau lebih berpengaruh cenderung memiliki lebih dari satu istri dibandingkan dengan pria yang lebih muda atau kurang berpengaruh.
BACA JUGA:Bukan Cuma Makanan, Tapi Sejarah Bakwan yang Menarik! Tahu Tidak?
Peran Wanita dalam Komunitas
Wanita dalam Suku Yanomami memiliki peran penting, meskipun mereka sering kali hidup dalam struktur patriarki.
Mereka bertanggung jawab atas berbagai tugas domestik seperti memasak, merawat anak, dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan.
Dalam beberapa kasus, mereka juga turut berpartisipasi dalam upaya berburu dan bercocok tanam.
Namun, kehidupan wanita Yanomami tidak selalu mudah. Mereka sering kali menikah pada usia muda, bahkan sebelum mencapai usia remaja.
Pernikahan ini sering kali diatur oleh keluarga untuk memperkuat hubungan antar kelompok.
Meskipun demikian, wanita tetap memiliki suara dalam komunitas dan dapat memutuskan untuk meninggalkan suami mereka jika hubungan tersebut dianggap tidak layak.
BACA JUGA:Apa yang Membuat Kurma Begitu Khas dan Penuh Sejarah? Simak Penjelasannya!
Pandangan Modern terhadap Tradisi Yanomami
Tradisi unik Suku Yanomami telah menarik perhatian para antropolog dan peneliti dari seluruh dunia.
Beberapa pihak memuji cara mereka menjaga kearifan lokal dan keharmonisan dengan alam, sementara yang lain mengkritik beberapa aspek budaya mereka, seperti pernikahan anak dan status wanita dalam masyarakat.
Dengan modernisasi yang semakin mendekati wilayah mereka, Suku Yanomami kini menghadapi tantangan besar.