Kepercayaan ini berkaitan dengan pandangan dunia animisme yang sangat kuat dalam kebudayaan mereka, di mana segala sesuatu di alam semesta dianggap memiliki roh atau energi.
Oleh karena itu, tubuh yang terbakar dan menjadi abu tidak hanya dianggap sebagai sisa dari kehidupan fisik, tetapi sebagai suatu bentuk energi yang bisa menyatu dengan tubuh mereka yang hidup.
Makan abu orang meninggal juga memiliki fungsi sosial yang besar dalam komunitas Yanomami.
Ritual ini memperkuat ikatan sosial dan komunitas, karena seluruh anggota suku berkumpul untuk berbagi dalam tradisi ini.
BACA JUGA:Bukan Cuma Makanan, Tapi Sejarah Bakwan yang Menarik! Tahu Tidak?
Ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk merenung bersama, berbicara tentang kehidupan orang yang telah meninggal, dan mengingatkan diri mereka akan pentingnya menghargai hidup dan hubungan antar sesama.
Selain itu, ini juga merupakan bentuk pembuktian kepada komunitas bahwa mereka telah melakukan kewajiban mereka dalam menghormati orang yang telah meninggal.
Walaupun tradisi ini terdengar sangat asing dan tidak biasa bagi banyak orang luar, bagi suku Yanomami, ini adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan.
Mereka percaya bahwa setelah ritual ini, roh orang yang telah meninggal akan mendapatkan kedamaian, dan hubungan antara yang hidup dan yang mati akan tetap terjalin.
BACA JUGA:Apa yang Membuat Kurma Begitu Khas dan Penuh Sejarah? Simak Penjelasannya!
Hal ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan spiritual yang mereka miliki dengan alam dan leluhur mereka.
Namun, tradisi ini semakin terancam dengan masuknya pengaruh luar, seperti misionaris dan perubahan sosial yang terjadi di kawasan Amazon.
Meskipun demikian, bagi suku Yanomami, menjaga tradisi ini adalah cara untuk mempertahankan identitas budaya mereka dan menghormati leluhur mereka, yang merupakan bagian integral dari hidup mereka di dunia yang sangat spiritual dan terhubung dengan alam.