Namun, meski wanita Suku Kalash memiliki kebebasan yang lebih besar, mereka tetap dihadapkan pada peran sosial yang berbeda dari pria.
Meski dalam hal memilih pasangan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial, mereka masih harus tunduk pada batasan tertentu yang ditentukan oleh norma-norma budaya mereka.
Dalam beberapa kasus, wanita Kalash lebih diutamakan untuk menjaga keharmonisan keluarga dan komunitas, sedangkan pria memiliki kebebasan lebih dalam memilih jalan hidup mereka.
Kebudayaan Suku Kalash yang khas ini telah menarik perhatian para antropolog dan wisatawan, yang penasaran untuk mempelajari lebih dalam mengenai bagaimana mereka mempertahankan tradisi ini di tengah dunia yang semakin modern.
BACA JUGA:Bukan Cuma Makanan, Tapi Sejarah Bakwan yang Menarik! Tahu Tidak?
Meski Suku Kalash kini menghadapi tantangan dari pengaruh luar, mereka tetap berusaha menjaga nilai-nilai dan adat istiadat yang telah ada sejak lama.
Pengasingan remaja pria dan status wanita sebagai gender kedua dalam masyarakat Kalash adalah bukti bahwa peran gender dalam setiap budaya dapat berbeda-beda dan dipengaruhi oleh nilai-nilai serta kepercayaan yang telah diwariskan selama generasi.
Meskipun berbeda dengan kebanyakan budaya di dunia, tradisi ini mencerminkan bagaimana Suku Kalash memandang hubungan antara pria dan wanita serta cara mereka menjaga keseimbangan dalam komunitas mereka.