Selain itu, Suku Baduy juga percaya bahwa kemajuan teknologi dapat mengganggu ketahanan spiritual mereka.
Mereka memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan alam dan roh leluhur, serta menjalankan upacara adat yang sarat dengan nilai-nilai spiritual.
BACA JUGA:Mengenang Sumpah Pemuda: Jejak Sejarah dan Makna Persatuan Bangsa pada 28 Oktober 1928
Teknologi, bagi mereka, berpotensi mengalihkan perhatian dari aspek spiritual yang sangat dihargai dalam kehidupan mereka.
Mereka percaya bahwa hubungan dengan alam dan kekuatan spiritual lebih penting daripada kenyamanan yang ditawarkan oleh teknologi.
Oleh karena itu, meskipun dunia luar terus berkembang, Suku Baduy memilih untuk tetap berada dalam jalur tradisional mereka, yang menurut mereka lebih bermakna dan memberi kedamaian dalam hidup.
Keputusan Suku Baduy untuk menolak kemajuan teknologi memang dapat membuat banyak orang geleng kepala, namun jika dipahami lebih dalam, keputusan ini bukanlah hal yang sembarangan.
BACA JUGA:Sejarah Kerajaan Sriwijaya : Para Raja-raja dan Peninggalan Kerajaan!
Mereka memiliki alasan yang kuat, yang tidak hanya berkaitan dengan kehendak untuk menjaga kesederhanaan hidup, tetapi juga untuk mempertahankan budaya, identitas, dan nilai spiritual mereka.
Suku Baduy mengajarkan kita bahwa tidak semua kemajuan perlu diterima jika itu bertentangan dengan cara hidup yang sudah ada, dan kadang-kadang, cara hidup yang sederhana justru membawa kedamaian dan kebahagiaan yang lebih dalam.