Dalam masyarakat Baduy, menjaga tradisi adalah hal yang sangat sakral.
BACA JUGA:Peradaban Suku Maya. Peninggalan Sejarah Terbesar Dunia
Mereka menggunakan pakaian tradisional yang terbuat dari kain tenun sendiri, tinggal di rumah-rumah panggung yang terbuat dari bahan alami, dan menjalani kehidupan yang selaras dengan ajaran leluhur.
Teknologi, dengan segala kemudahannya, dianggap dapat mengikis nilai-nilai ini.
Keputusan mereka untuk menolak teknologi bukanlah sekadar penolakan terhadap kemajuan, tetapi lebih kepada upaya untuk melestarikan budaya mereka agar tidak tergerus oleh modernisasi.
Teknologi sering kali dikaitkan dengan pengaruh budaya luar yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat, yang bertentangan dengan upaya mereka untuk mempertahankan budaya asli mereka yang sederhana, namun kaya akan nilai-nilai spiritual dan sosial.
BACA JUGA:7 Ulama yang Terkenal Perjuangannya dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Mencegah Pengaruh Negatif dari Dunia Luar
Dalam kehidupan sehari-hari, Suku Baduy menghindari pengaruh dunia luar yang dianggap bisa mengubah cara hidup mereka.
Hal ini terlihat jelas dari keputusan mereka untuk tidak menggunakan alat komunikasi modern seperti ponsel atau televisi.
Mereka percaya bahwa kemajuan teknologi membawa pengaruh negatif, seperti hilangnya rasa kebersamaan dan hubungan sosial yang erat antar anggota komunitas.
Di tengah dunia yang semakin terhubung melalui internet dan media sosial, Suku Baduy memilih untuk tetap terisolasi dari informasi-informasi yang dapat mengganggu keharmonisan hidup mereka.
BACA JUGA:Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Tonggak Sejarah Persatuan dalam Perjuangan Bangsa
Mereka meyakini bahwa pengetahuan yang ada di luar sana, meskipun dianggap penting bagi banyak orang, tidak diperlukan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan mereka.
Dengan cara ini, mereka menjaga integritas masyarakat mereka, tanpa terpengaruh oleh tren atau konsumsi budaya yang ada di luar.
Menjaga Ketahanan Spiritual