BACA JUGA:Kerajaan Tumapel: Menyelami Sejarah Politik dan Kekuasaan di Jawa Timur
Saat ini, hanya bagian kaki dan sebagian tubuh candi yang masih berdiri kokoh.
- Kaki candi memiliki tinggi sekitar 2,5 meter, sedangkan tubuh candi mencapai 3,55 meter.
- Atap candi telah runtuh, tetapi ukiran yang tersisa masih mencerminkan seni arsitektur yang mengagumkan.
Hiasan seperti sulur, burung kakak tua, dan untaian mutiara menunjukkan tingkat keahlian tinggi dari para seniman masa itu.
BACA JUGA:Kopi Kuning Arab Saudi: Keunikan Rasa dan Cerita Sejarah di Baliknya
BACA JUGA:Mengenal Jumputan Palembang: Sejarah, Budaya, dan Upaya Pelestariannya
Makna Budaya dan Sejarah
Candi Asu lebih dari sekadar situs arkeologi; candi ini merupakan simbol kejayaan budaya Jawa kuno.
Keberadaannya mengingatkan kita pada kemajuan peradaban Mataram Kuno yang mampu menciptakan karya arsitektur dengan teknik yang luar biasa.
Berkunjung ke Candi Asu tidak hanya memberikan pengalaman sejarah, tetapi juga menghadirkan suasana hening yang penuh makna, dikelilingi oleh keindahan alam lereng Gunung Merapi.
Pelestarian Candi Asu
Sebagai bagian dari warisan budaya, upaya pelestarian Candi Asu terus dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah.
BACA JUGA:Jadi Kontroversi! Sejarah Dunia Mencatat 10 Kaisar Romawi Ini Miliki Kelakuan Negatif
BACA JUGA:Kekayaan Sejarah Pasemah Dibalik Historis Megalitikum Yang tak Terwariskan
Selain menjaga fisik candi, pelestarian juga melibatkan penguatan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Dengan keberadaannya, Candi Asu menjadi pengingat akan sejarah panjang Nusantara.
Setiap detail pada candi ini berbicara tentang kebijaksanaan, kepercayaan, dan keindahan yang mewarnai peradaban Indonesia sejak berabad-abad lalu.
Mengunjungi Candi Asu berarti menyelami jejak sejarah yang kaya sekaligus menghargai nilai-nilai tradisional yang diwariskan oleh leluhur.