PAGARALAMPOS.COM – Dalam tradisi bangsawan, pernikahan seringkali diiringi oleh serangkaian ritual yang menimbulkan rasa penasaran, salah satunya adalah upacara tempat tidur, atau bedding ceremonies.
Ritual ini melibatkan pengantin baru yang menghabiskan malam pertama mereka bersama, disaksikan oleh beberapa saksi.
Praktik ini telah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan ditemukan dalam berbagai budaya di seluruh dunia.
Artikel ini akan membahas sejarah, makna, dan perdebatan seputar relevansi ritual ini di era modern.
BACA JUGA:Ajisaka dan Tiga Pendekar Sakti: Menelusuri Jejak Sejarah yang Tersembunyi!
BACA JUGA:Gunung Padang: Punden Berundak yang Menyimpan Sejarah Kerajaan Kuno!
Upacara ranjang, yang juga dikenal dengan istilah ritual pasca-pernikahan atau penyempurnaan, memiliki peran signifikan dalam sejarah pernikahan bangsawan.
Selain menjadi simbol penyempurnaan pernikahan, upacara ini juga berfungsi untuk memberikan pengakuan dan keabsahan terhadap hubungan tersebut.
Kehadiran para saksi—sering kali terdiri dari keluarga, teman, hingga anggota pengadilan—merupakan bukti otentikasi dari pernikahan itu.
Di berbagai belahan dunia, upacara tidur ini memiliki variasi yang berbeda.
BACA JUGA:Mengungkap Fakta Tersembunyi tentang Budaya dan Sejarah Gunung Himalaya
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Kerajaan Demak: Dari Puncak Kemegahan hingga Kejatuhan
Di Inggris, misalnya, pendeta memulai upacara dengan memberkati tempat tidur pengantin, kemudian dilanjutkan dengan tradisi melemparkan kaus kaki pengantin pria kepada para saksi.
Setelahnya, pengantin akan memasuki kamar mereka, dan tirai akan ditutup, sementara di luar, pesta dan musik mengiringi peristiwa tersebut.
Di Swedia pada abad ke-16, pasangan pengantin berbaring di tempat tidur, sementara keluarga dan teman-teman menikmati hidangan bersama mereka.