Selama bulan-bulan Kawalu, Baduy Dalam menutup diri dari kedatangan orang luar sebagai bentuk penghormatan terhadap ritual suci tersebut.
BACA JUGA:Sejarah yang Tak Terlupakan: 7 Kerajaan Islam yang Mengukir Peradaban!
Hidup Berdampingan dengan Alam
Salah satu hal yang sangat dihormati oleh masyarakat Baduy adalah komitmen mereka dalam menjaga kelestarian alam.
Mereka menanam padi secara tradisional tanpa penggunaan pupuk kimia atau pestisida.
Sistem pertanian mereka dikenal sebagai ladang berpindah yang memperhatikan keseimbangan alam.
Hutan di sekitar mereka dianggap sebagai kawasan sakral yang tidak boleh dirusak, dan perburuan hewan pun sangat dibatasi.
BACA JUGA:Menyelami Sejarah Puyang Rejang Lebong: Rahasia di Balik Keberanian dan Kebijaksanaan!
Prinsip "leuweung hejo, banjir moal" (hutan hijau, banjir tidak akan terjadi) menjadi pedoman yang menunjukkan betapa mereka menghormati dan melindungi alam.
Kehidupan yang Damai dan Mandiri
Meski jauh dari perkembangan teknologi dan fasilitas modern, Suku Baduy menjalani kehidupan dengan bahagia dan damai.
Mereka memegang teguh nilai kebersamaan, kesederhanaan, dan kerja keras.
Nilai-nilai ini mengajarkan mereka untuk menghargai satu sama lain, serta hidup berdampingan dengan alam tanpa merusak atau mengeksploitasi.
BACA JUGA:Vespa untuk Semua: Sejarah, Gaya, dan Komunitas di Indonesia!
Secara keseluruhan, Suku Baduy menunjukkan bagaimana manusia dapat hidup harmonis dengan alam tanpa harus bergantung pada teknologi modern.
Mereka menjaga keseimbangan antara kehidupan spiritual dan fisik, serta memegang teguh adat dan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang.