Sebagai tempat ibadah, Kelenteng Senggarang masih menjadi pusat berbagai ritual keagamaan yang dilakukan oleh komunitas Tionghoa di Tanjungpinang.
Setiap tahunnya, kelenteng ini ramai dikunjungi saat perayaan Imlek, Cap Go Meh, dan Festival Kue Bulan.
BACA JUGA:Mengungkap Misteri Gunung Patah: Sejarah dan Tradisi Masyarakat Jambi
Pada saat-saat tersebut, kelenteng dihiasi dengan lampion dan dekorasi khas Tiongkok, memberikan suasana yang meriah namun tetap sakral.
Prosesi ritual biasanya melibatkan pembakaran dupa, persembahan makanan, dan doa bersama.
Acara ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat Tionghoa, tetapi juga oleh warga lokal yang ingin melihat tradisi unik tersebut.
Wisatawan juga diizinkan untuk mengikuti prosesi dengan syarat menjaga kesopanan dan menghormati adat istiadat setempat.
BACA JUGA:Temukan Surga Tersembunyi: 8 Tempat Wisata Sejarah dan Alam di Sri Lanka
Kelenteng Senggarang sebagai Destinasi Wisata Budaya
Selain sebagai tempat ibadah, Kelenteng Senggarang juga telah menjadi destinasi wisata budaya yang ramai dikunjungi.
Pengunjung bisa menikmati keindahan arsitektur kelenteng, mengamati kehidupan religius komunitas Tionghoa, serta merasakan suasana yang penuh sejarah dan mistis.
Bagi wisatawan yang menyukai sejarah dan budaya, kunjungan ke Kelenteng Senggarang adalah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan.
Kelenteng ini buka setiap hari dan pengunjung dapat masuk secara gratis, namun donasi sukarela sangat dihargai untuk membantu perawatan kelenteng.
BACA JUGA:Keren Banget! Sejarah Panjang Sepak Bola dan Perubahannya di Seluruh Dunia
Dengan keunikan dan kekayaan sejarahnya, Kelenteng Senggarang memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk lebih mengenal keberagaman budaya di Indonesia dan hubungan sejarah antara Tionghoa dan Nusantara.
Kelenteng Senggarang bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga warisan budaya yang menunjukkan bagaimana Indonesia menerima dan menghargai keberagaman etnis dan budaya.