Mengapa Puncak Leuser Jadi Ikon Pendakian dan Konservasi di Sumatra?

Rabu 30-10-2024,23:38 WIB
Reporter : Gelang
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Gunung Leuser adalah salah satu gunung tertinggi di Pulau Sumatra dan menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), sebuah kawasan konservasi yang juga terkenal dengan keanekaragaman flora dan fauna endemik, termasuk orangutan Sumatra yang langka.

Dengan ketinggian mencapai 3.404 meter di atas permukaan laut (mdpl), Puncak Leuser menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki dan pecinta alam yang ingin menikmati keindahan alam sekaligus menaklukkan salah satu gunung paling bersejarah di Indonesia.

Sejarah Penemuan dan Eksplorasi

Gunung Leuser pertama kali dikenal oleh masyarakat internasional pada awal abad ke-20.

Eksplorasi awal dilakukan oleh para ilmuwan dan naturalis Belanda yang mengunjungi Sumatra untuk memetakan dan meneliti kekayaan alam serta topografi kawasan tersebut.

BACA JUGA:Menelusuri Kekayaan Budaya Suku Melayu: Sejarah, Tradisi, dan Bahasa yang Memikat

Penjelajahan dan penelitian yang intensif ini mengungkap bahwa kawasan Gunung Leuser memiliki ekosistem yang sangat unik, yang terdiri dari hutan hujan tropis lebat, serta beragam spesies hewan dan tumbuhan langka.

Puncak tertinggi Gunung Leuser, yang kini dikenal sebagai Puncak Leuser, menjadi salah satu titik penting dalam pemetaan wilayah Sumatra.

Para ilmuwan Belanda berusaha mencatat ketinggian dan koordinat puncaknya, serta menyusun catatan mengenai flora dan fauna yang hidup di sekitar puncak tersebut.

Namun, karena akses menuju puncak yang sangat sulit dan cuaca yang tidak menentu, eksplorasi Gunung Leuser tetap menjadi tantangan besar hingga beberapa dekade kemudian.

BACA JUGA:Warisan Budaya Suku Sasak: Sejarah dan Tradisi yang Tak Terpisahkan

Keunikan Ekosistem dan Kawasan Konservasi

Taman Nasional Gunung Leuser didirikan pada tahun 1980, mencakup area seluas sekitar 7.927 km² yang meliputi wilayah Aceh dan Sumatera Utara.

Kawasan ini memiliki ekosistem yang sangat beragam, mulai dari hutan mangrove, hutan rawa, hingga hutan pegunungan.

Keberadaan ekosistem yang lengkap inilah yang menjadikan TNGL sebagai situs warisan dunia UNESCO dalam jaringan Tropical Rainforest Heritage of Sumatra sejak tahun 2004.

Kategori :