Ratu Suhita bersiap menghadapi ancaman Minaku Jinggo dengan bantuan para penasihatnya dan bantuan Gaja Mangunri, penjaga gajah yang sakti.
Pertempuran berlangsung sengit dan pemberontakan berhasil dipadamkan. Minak Jingo meninggal secara tragis dalam kericuhan kejadian tersebut.
Kisah Minak Jinggo dan Ratu Suhita menjadi peringatan pahit tentang kompleksitas emosi manusia dan konsekuensi dari obsesi yang tidak terkendali.
BACA JUGA:Kebangkitan Kerajaan Majapahit di Era Ratu Tribhuwana: Kepemimpinan dan Kejayaan
Cinta, betapapun kuatnya, tidak menjamin akhir dongeng.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa penampilan saja tidak cukup untuk menopang cinta sejati. Yang lebih penting lagi adalah kedalaman emosi dan hubungan yang tulus.
Selain itu, cerita ini menekankan pentingnya mengenali keterbatasan diri dan bahayanya membiarkan emosi membutakan Anda terhadap akal sehat.
Obsesi Minaku Jingo mengaburkan penilaiannya dan memicu pemberontakan tragis yang menyebabkan kematiannya.
BACA JUGA:Dari Sumpah Palapa hingga Runtuhnya Majapahit: Sejarah Kerajaan Terbesar di Indonesia
Kisahnya memperingatkan akibat nafsu yang tak terkendali.
Pada akhirnya, legenda Minak Jinggo dan Ratu Suhita dari Majapahit tetap menjadi kisah cinta, pengkhianatan, dan pertarungan hati dan pikiran yang abadi.
Biarlah kisah ini bergema di lorong-lorong sejarah dan memberikan hikmah abadi bagi generasi mendatang.