Tingginya sekitar 8,5 meter, dengan bentuk yang sederhana.
Candi ini dibangun dari batu andesit yang disusun tanpa adanya relief atau hiasan rumit seperti yang ditemukan di Candi Borobudur atau Prambanan.
BACA JUGA:Menyusuri Sejarah Kapal PLTD Apung: Saksi Bisu Tragedi Aceh
Di dalam candi terdapat sebuah arca Dewa Siwa yang rusak, menunjukkan bahwa candi ini dulunya merupakan tempat pemujaan umat Hindu, khususnya pengikut ajaran Siwa.
Meskipun sederhana, keberadaan candi ini sangat penting karena menjadi satu-satunya candi Hindu yang ditemukan di Tatar Sunda, wilayah yang lebih dikenal dengan tradisi Islamnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh agama Hindu pernah berkembang di daerah ini sebelum Islam masuk dan berkembang di tanah Sunda.
Arif Muhammad: Penghubung Antara Hindu dan Islam
Candi Cangkuang memiliki keunikan tersendiri karena letaknya yang berdekatan dengan makam Arif Muhammad, seorang tokoh penyebar Islam di wilayah tersebut.
BACA JUGA:Sultan Iskandar Muda: Pahlawan Sejarah di Balik Makam Megah di Aceh
Menurut cerita rakyat setempat, Arif Muhammad adalah salah satu pasukan Mataram yang menyerang VOC di Batavia pada abad ke-17.
Setelah gagal dalam misinya, ia memutuskan untuk menetap di Cangkuang dan menyebarkan agama Islam kepada masyarakat setempat.
Kehadiran makam Arif Muhammad di dekat candi ini menunjukkan adanya perpaduan antara kebudayaan Hindu dan Islam di daerah tersebut.
Ini mencerminkan sejarah panjang perpindahan dan perkembangan agama di Nusantara, di mana agama Hindu dan Buddha pernah berjaya sebelum digantikan oleh Islam.
BACA JUGA:Makam Sultan Iskandar Muda: Sebuah Penghormatan Terhadap Sejarah Aceh
Pemugaran dan Pelestarian
Pada tahun 1974, Candi Cangkuang dipugar oleh pemerintah Indonesia untuk menjaga kelestarian situs bersejarah ini.