Mantan Wakil Direktur Mossad, Ram Ben-Barak. Seperti dikutif dari Harian ternama Inggris "The Guardian" menyebut. "Setelah kematian Sinwar, orang lain akan datang. Ini adalah Perang Ideologis, bukan perang Sinwar,"kata Ben-Barak. (The Guardian/17 Oktober).
Hal-hal kritis sangat dipahami oleh banyak pihak di Israel. Terkadang, memang dibutuhkan satu fase untuk membunuh sang pemimpin perlawanan. Namun itu tidak akan mengubah "permainan". Adalah kesalahan fatal (total), bila muncul pemikiran, organisasi (baca: Hamas) akan runtuh saat pemimpinnya terbunuh.
BACA JUGA:Sinopsis Film The Incredibles 2, Kisah Konflik Baru di Keluarga Super
Setelah kematian Yahya Sinwar. Yang didahului oleh terbunuhnya: Marwan Issa, Saleh Al-Aroury, Mohammad Deif, Ismail Haniyeh, pemimpin Senior dan populis Hamas hanya menyisakan Khaled Meshaal, dan Khalil Al-Haya. Di samping ada beberapa lagi di Dewan Syuro.
Namun, apakah Hamas sudah habis? Statemen Khalil Al-Haya (The Guardian), "kematian Yahya Sinwar hanya akan memperkuat Kami. Catat pula. Para tahanan (sandera) tak akan kembali kepada kalian, sebelum agresi dan penarikan Pasukan dari Gaza". Kalimat ini adalah simbolik. Hamas tetap eksis, tidak runtuh.
Kita masih menunggu, apakah yang akan terjadi berikutnya. Apakah kematian Yahya Sinwar memunculkan eskalasi, atau de-eskalasi. Teka-teki ini menjadi rahasia Illahi.