La Tenri Ruwa berhasil memperluas wilayah kekuasaan Bone dan menjadikan kerajaan ini sebagai salah satu kerajaan terbesar di Sulawesi Selatan.
BACA JUGA:Kerajaan Bedahulu: Peradaban yang Membentuk Lampung dan Sejarah Sumatra
Pada masa pemerintahan Arung Palakka inilah, Kesultanan Bone mulai menorehkan sejarahnya sebagai kekuatan politik dan militer yang diperhitungkan.
Dia dikenal karena perannya dalam melawan Kerajaan Gowa dan Makassar, serta upayanya untuk memperluas pengaruh Bone hingga ke wilayah-wilayah lain di Sulawesi.
Perubahan Menjadi Kesultanan
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Bone adalah perubahan status kerajaan ini dari sebuah kerajaan menjadi kesultanan pada abad ke-17.
Perubahan ini terjadi setelah Bone menerima Islam sebagai agama resmi kerajaan. Sultan pertama Bone adalah La Maddaremmeng, yang memerintah dengan gelar Sultan Adam Makassar I.
BACA JUGA:Kerajaan Bedahulu: Peradaban yang Membentuk Lampung dan Sejarah Sumatra
Proses islamisasi ini tidak hanya mengubah tatanan politik Bone, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
Ajaran Islam mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan syariat Islam menjadi dasar hukum kerajaan. Gelar raja juga berubah menjadi "Sultan," mencerminkan pengaruh agama yang semakin kuat di Bone.
Puncak Kejayaan Kesultanan Bone
Kesultanan Bone mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-18, di bawah pemerintahan Sultan Ahmad Saleh.
Pada masa ini, Bone berhasil menguasai banyak wilayah di Sulawesi Selatan dan memainkan peran penting dalam perdagangan rempah-rempah di kawasan ini.
BACA JUGA:Kebangkitan dan Kejayaan Kesultanan Banten: Sejarah Kerajaan Maritim yang Makmur
Hubungan dengan kerajaan-kerajaan tetangga dan bangsa-bangsa asing seperti Belanda dan Inggris semakin intens, meskipun Bone tetap mempertahankan kedaulatannya.
Namun, pada akhir abad ke-19, Kesultanan Bone mulai mengalami kemunduran akibat konflik internal dan tekanan dari Pemerintah Kolonial Belanda.