Kehadiran Belanda yang semakin kuat melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di kepulauan Indonesia mulai menggerus dominasi perdagangan Aceh.
BACA JUGA:Gunung Inielika: Mengungkap Sejarah dan Legenda Mistis dalam Kepercayaan Masyarakat Flores
Belanda secara perlahan mulai menggantikan Portugis sebagai kekuatan kolonial utama di Asia Tenggara, dan Aceh kesulitan mempertahankan pengaruhnya.
Pada akhir abad ke-18, Kesultanan Aceh semakin melemah. Wilayah kekuasaannya menyusut dan pengaruh politiknya berkurang drastis.
Meskipun demikian, Aceh tetap bertahan sebagai entitas politik hingga abad ke-19, bahkan terlibat dalam Perang Aceh (1873–1904) melawan Belanda.
Perang ini menandai akhir dari kedaulatan Kesultanan Aceh, meskipun perlawanan terhadap Belanda tetap berlangsung selama beberapa dekade.
BACA JUGA:10 Kaisar Legendaris yang Mengukir Sejarah Kerajaan Romawi Kuno!
Kesultanan Aceh dalam Sejarah Nusantara
Kesultanan Aceh memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam penyebaran Islam di Nusantara dan perdagangan internasional.
Kejayaannya di bawah Sultan Iskandar Muda menempatkannya sebagai salah satu pusat kebudayaan dan politik di Asia Tenggara.
Meskipun akhirnya jatuh ke tangan penjajah, semangat perlawanan rakyat Aceh tetap dikenang sebagai salah satu bentuk perjuangan gigih melawan kolonialisme.
Warisan Kesultanan Aceh masih terasa hingga hari ini, baik dalam bentuk budaya, agama, maupun sejarah perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajahan.
BACA JUGA:Mengenal 10 Kaisar Terpenting dalam Sejarah Kerajaan Romawi Kuno!
Kesultanan Aceh adalah simbol kekuatan dan ketangguhan yang tidak hanya memengaruhi wilayahnya, tetapi juga meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Nusantara.