Ketika terjadi perselisihan antara keduanya, Singgalang memilih untuk diam dan menjauh, yang kemudian menjadikan gunung ini tenang tanpa aktivitas vulkanik, sementara Marapi terus "mengamuk" dalam bentuk letusan gunung berapi.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Desa Pengotan: Dari Tempat Pengungsian Menuju Pusat Budaya yang Hidup
Cerita ini sering dipakai oleh masyarakat setempat untuk menggambarkan filosofi kehidupan yang menekankan pentingnya kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi konflik.
Gunung Singgalang dengan karakternya yang "pendiam" mengajarkan bahwa tidak semua masalah harus dihadapi dengan kemarahan atau tindakan destruktif. Sebaliknya, kadang-kadang ketenangan dan kesabaran bisa menjadi solusi terbaik.
Gunung Singgalang bukan hanya sekadar bentang alam yang indah, tetapi juga menyimpan sejarah, legenda, dan makna budaya yang mendalam bagi masyarakat Minangkabau.
Nama Singgalang yang terkait dengan pohon besar yang dahulu pernah tumbuh subur, serta makna filosofis yang terkandung dalam ketenangan gunung ini, menunjukkan betapa alam dan kebudayaan saling terhubung dalam kehidupan masyarakat Sumatera Barat.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Kapal Jung: Penguasa Lautan Indonesia pada Abad Ke-14
Bagi pendaki, Gunung Singgalang bukan hanya tantangan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang menawarkan ketenangan dan kebijaksanaan.