- Menggunakan anyaman bambu dan memiliki desain yang paling sederhana di antara jenis-jenis lainnya.
Ghumah Baghi biasanya berukuran sekitar 7x7 meter atau 8x8 meter, terdiri dari dua bagian utama: rumah inti dan dapur yang dihubungkan oleh gang (gahang).
Struktur rumah ini dilengkapi dengan jendela, pintu, plafon, dinding, tangga, dan atap, tetap mempertahankan ciri khasnya.
Tradisi dalam Pembangunan Rumah Adat
Pembangunan Ghumah Baghi melibatkan berbagai tradisi. Proses dimulai dengan musyawarah keluarga untuk memastikan status tanah yang akan digunakan.
Jurai Tuwe, sesepuh desa, biasanya diundang untuk terlibat dalam proses ini.
Sebelum bahan bangunan seperti kayu digunakan, kayu harus direndam selama minimal 40 hari. Selanjutnya, pemilik rumah mengadakan syukuran untuk menandai dimulainya pembangunan, dengan undangan kepada tukang yang akan mengerjakan rumah.
Beberapa ritual penting dalam proses pembangunan termasuk:
- Sedekah Negah Ka Tiang: Ritual sedekah saat mendirikan tiang rumah.
- Sedekah Nunggah Mubungan: Ritual sedekah saat pemasangan bubungan rumah.
- Sedekah Nunggu Ghumah: Selamatan setelah rumah berdiri dan siap dihuni.
Tradisi-tradisi ini mencerminkan makna mendalam terkait hubungan sosial, hubungan manusia dengan alam, serta hubungan manusia dengan Tuhan.
BACA JUGA:Menyingkap Sejarah dan Warisan Suku Guci di Muaro Paneh: Tambo Bayang 1915
BACA JUGA:Mengungkap Warisan Budaya Suku Simalungun: Tradisi dan Filosofi yang Menginspirasi
BACA JUGA:Bagaimana Peran Suku Mapur dalam Melindungi Alam Bangka? Cari Tahu Faktanya Disini!
BACA JUGA:Mengapa Legenda Putri Mandalika Begitu Penting bagi Suku Sasak? Simak Kisahnya Disini!