Seperti kebanyakan suku-suku di Sumatera, Suku Lematang sangat bergantung pada lingkungan alam mereka.
Mereka mempraktikkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam, terutama hutan dan lahan pertanian.
Sistem pertanian tradisional mereka berfokus pada kelestarian alam, di mana mereka hanya membuka lahan yang dibutuhkan dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Hal ini membantu menjaga keberlanjutan sumber daya alam yang mereka andalkan untuk hidup sehari-hari.
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Sejarah Suku Madura, Tradisi yang Tak Pernah Pudar Simak Penjelasannya!
7. Agama dan Kepercayaan Tradisional
Sebelum agama Islam menyebar luas di wilayah Sumatera Selatan, masyarakat Lematang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, di mana mereka mempercayai bahwa roh-roh nenek moyang dan makhluk gaib mendiami alam sekitar.
Mereka sering melakukan ritual-ritual adat untuk menghormati roh leluhur dan memohon keselamatan serta kesejahteraan.
Namun, seiring dengan masuknya agama Islam melalui para pedagang dan ulama dari Palembang, masyarakat Lematang secara bertahap mulai mengadopsi ajaran Islam, meski beberapa kepercayaan tradisional masih bertahan dalam bentuk upacara adat.
Suku Lematang merupakan bagian penting dari mozaik kebudayaan Sumatera Selatan, dengan sejarah yang panjang dan kearifan lokal yang khas.
BACA JUGA:Mengungkap Fakta Menarik Sejarah Suku Sasak, Dari Wetu Telu hingga Perang Lombok
Pengaruh Kerajaan Sriwijaya, perlawanan terhadap penjajah, serta tradisi lisan dan adat istiadat yang mereka miliki, menjadikan Suku Lematang sebagai suku yang kaya akan sejarah dan budaya.
Dalam era modern, tantangan bagi masyarakat Lematang adalah menjaga kelestarian budaya mereka di tengah arus perubahan yang semakin cepat.