Selama masa penjajahan Belanda, Suku Lematang memiliki peran penting dalam perlawanan terhadap kekuatan kolonial.
Pada akhir abad ke-19, beberapa wilayah di Sumatera Selatan, termasuk Lematang, menjadi pusat perlawanan rakyat melawan ekspansi Belanda.
BACA JUGA:Menggali Sejarah dan Kehidupan Suku Enim: Warisan Budaya yang Hidup
Para pemimpin adat dan masyarakat Lematang bahu-membahu dengan suku-suku lain dalam mempertahankan kedaulatan wilayah mereka dari serangan penjajah.
4. Struktur Sosial dan Kekerabatan
Masyarakat Lematang memiliki struktur sosial yang khas dengan sistem kekerabatan yang patrilineal, yaitu garis keturunan yang diambil dari pihak ayah.
Sistem ini mempengaruhi pembagian harta warisan, kepemimpinan adat, dan hubungan sosial dalam masyarakat.
Kepemimpinan adat biasanya dipegang oleh tokoh-tokoh yang dihormati, seperti kepala desa atau pemimpin adat, yang bertanggung jawab atas penyelesaian masalah dalam masyarakat.
BACA JUGA:Fakta Menarik tentang Suku Daya, Menggali Sejarah dan Budaya Suku Daya
5. Bahasa dan Tradisi Lisan
Bahasa Lematang termasuk dalam rumpun bahasa Melayu dan memiliki kemiripan dengan bahasa-bahasa lain di Sumatera Selatan.
Bahasa ini masih digunakan dalam komunikasi sehari-hari, meskipun kini mulai tergerus oleh perkembangan bahasa nasional dan globalisasi.
Masyarakat Lematang juga dikenal memiliki tradisi lisan yang kaya, berupa cerita rakyat, pantun, dan petatah petitih yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Cerita-cerita ini tidak hanya mengandung nilai-nilai moral, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka.
BACA JUGA:Kehidupan dan Budaya Suku Daya, Menelusuri Jejak Sejarah di Pulau Sumatera
6. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Alam