PAGARALAMPOS.COM - Majapahit adalah salah satu kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-14, dikenal karena ambisinya untuk menyatukan seluruh Nusantara, termasuk sebagian wilayah Malaysia dan Filipina.
Meskipun sukses dalam banyak penaklukannya, Majapahit gagal menguasai Kerajaan Padjajaran, yang terletak di bagian barat Pulau Jawa.
Kerajaan Padjajaran, atau yang juga dikenal sebagai Kerajaan Sunda, memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan Majapahit.
Meskipun demikian, Majapahit tidak pernah berhasil menundukkan Padjajaran secara militer.
Salah satu alasannya adalah karena wilayah Sunda dianggap unik dan berbeda, sehingga Mahapatih Gajah Mada tidak mengambil pendekatan militer untuk menaklukkan kerajaan ini.
Meskipun Sunda adalah bagian dari cita-cita Gajah Mada dalam sumpahnya untuk menyatukan Nusantara, kerajaan tersebut tetap berdiri sebagai kerajaan otonom.
Hal ini didukung oleh temuan prasasti yang berasal dari abad ke-11, yang menyebutkan Raja Sri Jayabhupati.
Raja-raja Sunda konon masih memiliki garis keturunan dengan penguasa di wilayah Jawa Timur, yang semakin memperkuat hubungan mereka.
Majapahit, yang berdiri sejak abad ke-13 hingga abad ke-16, didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 setelah runtuhnya Kerajaan Singasari akibat serangan Jayakatwang.
Majapahit bermula dari wilayah Trowulan, yang pada masa itu merupakan tanah sima dari Singasari, dan namanya diambil dari buah maja yang tumbuh di sana.
Setelah mengalahkan pasukan Mongol di bawah Kubilai Khan, Raden Wijaya berhasil merebut kekuasaan dan mendirikan kerajaan yang luas dan dihormati di seluruh Asia Tenggara.
Meski demikian, Majapahit tetap tidak dapat menguasai Padjajaran, yang merupakan kerajaan kuat di wilayah barat.
Kerajaan Padjajaran pada masa itu memiliki ibu kota bernama Pakuan, yang dikenal sebagai pusat pemerintahan hingga akhirnya dihancurkan oleh pasukan Islam dari Demak dan Banten. Kota Pakuan terletak di wilayah yang saat ini dikenal sebagai Bogor.
Kota tersebut dibangun di atas bukit yang dikelilingi oleh sungai-sungai besar seperti Cisadane dan Ciliwung, serta diperkuat dengan benteng-benteng yang melindungi wilayahnya.
Para ahli sejarah, termasuk John Crawfurd, seorang orientalis yang melakukan penelitian pada abad ke-19, berhasil menemukan bukti mengenai lokasi Kota Dayo, yang merupakan bagian dari ibu kota Pajajaran.