Kelenteng Fuk Ling Miau: Menggali Sejarah dan Peranannya dalam Toleransi Budaya di Yogyakarta

Minggu 29-09-2024,00:54 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Kelenteng Fuk Ling Miau, atau yang dikenal juga sebagai Kelenteng Gondomanan, merupakan situs bersejarah yang memiliki makna penting di Yogyakarta.

Didirikan pada tahun 1846 oleh komunitas Tionghoa, kelenteng ini terletak di Jalan Brigjen Katamso No. 3, Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan.

Tanah yang menjadi lokasi kelenteng ini merupakan hibah dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII, mencerminkan semangat toleransi dan penghargaan terhadap keragaman agama di kota ini.

 Arsitektur dan Nuansa Budaya

Kelenteng Fuk Ling Miau menampilkan perpaduan arsitektur Cina dan Jawa yang menarik. Unsur-unsur khas Cina dapat dilihat dalam tulisan, patung dewa, dan lukisan yang menghiasi kelenteng, sedangkan desain atap "sumur langit" menunjukkan pengaruh dari budaya Jawa.

Ciri khas lainnya adalah sepasang naga langit yang menghadap ke Mutiara Api, serta penggunaan warna merah dan kuning yang menciptakan harmoni visual yang menawan.

 Makna dan Simbolisme

Nama Fuk Ling Miau berarti "kelenteng yang penuh berkah tanpa batas". Selain sebagai tempat ibadah, kelenteng ini melambangkan toleransi antaragama di Yogyakarta, mencerminkan kerukunan antara berbagai etnis dan agama yang menjadi bagian integral dari masyarakat setempat.

 Fungsi Ganda

Kelenteng ini memiliki fungsi ganda: bagian belakang berfungsi sebagai Vihara Budha Prabha untuk umat Buddha, sementara bagian depan diperuntukkan bagi umat Konghucu.

Pembagian fungsi ini menandakan toleransi antaragama dan menunjukkan kekayaan budaya serta spiritual yang ada di Yogyakarta.

Kekayaan Budaya

Sebagai tempat peribadatan, Kelenteng Fuk Ling Miau merefleksikan kekayaan budaya melalui arsitektur yang menawan.

Setiap detail, mulai dari patung dewa hingga ukiran halus, mengandung makna yang dalam dan menghormati tradisi leluhur.

Toleransi Beragama

Kategori :