PAGARALAMPOS.COM - Suku Mapur, yang mendiami Desa Mapur di Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, merupakan salah satu komunitas adat di Indonesia dengan sejarah dan budaya yang kaya.
Meskipun memiliki hubungan yang erat dengan alam, mereka kini menghadapi ancaman serius dari modernisasi dan ekspansi industri yang mengganggu hutan adat mereka.
Asal Usul Suku Mapur
Sejarah Suku Mapur berawal dari migrasi penduduk dari Desa Air Abik yang kemudian menetap di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Desa Mapur.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Islam di Ethiopia: Penggalian Kota Muslim Tertua di Afrika
Kelompok ini sering disebut sebagai "orang lom," sebuah istilah yang merujuk pada masyarakat yang masih memegang teguh kepercayaan leluhur dan belum mengenal agama-agama resmi yang diakui oleh negara.
Asal-usul pasti dari orang Lom, atau Suku Mapur, masih menjadi perdebatan.
Menurut Lembaga Adat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ada teori yang menyatakan bahwa Suku Lom adalah keturunan dari masyarakat Kerajaan Majapahit yang melarikan diri ke Pulau Bangka pada abad ke-16, menolak penyebaran agama Islam yang berkembang di Jawa pada waktu itu.
Mereka memilih untuk menetap di Tanjung Tuing, Kecamatan Riau Silip, dan mendirikan perkampungan di pedalaman hutan Desa Gunung Muda.
Sementara itu, budayawan Wily Siswanto dari Pangkalpinang berpendapat bahwa Suku Lom berasal dari kelompok pengembara Vietnam yang terdampar di Pantai Tanjung Tuing.
Terlepas dari teori-teori tersebut, satu hal yang pasti adalah hubungan kuat mereka dengan alam, yang menjadi inti kehidupan mereka.
Hubungan Suku Mapur dengan Alam
Kepercayaan Suku Mapur sangat erat kaitannya dengan alam.
BACA JUGA:Inilah Silsilah Lengkap Keturunan Si Pahit Lidah Versi Suku Gumay