Mengapa Garuda Pancasila Sering Muncul di Demo DPR? Simak Fakta dan Alasannya!

Kamis 22-08-2024,15:16 WIB
Reporter : Jukik
Editor : Almi

Sementara itu, dalam klip lainnya bertajuk THE LAST BROADCAST (SIARAN TERAKHIR), lambang ini muncul dalam film pendek horor ketika Indonesia dikuasai oleh ‘entitas asing’ dan pemerintahan runtuh.

Siaran ini digambarkan sebagai siaran terakhir dari pemerintah Indonesia yang diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Protes di Dunia Maya dan Rencana Aksi di Lapangan

BACA JUGA:Ludi Oliansyah Mengembalikan Formulir Pendaftaran ke Sejumlah Parpol, Persiapan Pilkada Kota Pagaralam

Kini, lambang Garuda Pancasila dengan peringatan darurat tersebut telah diadopsi oleh banyak pengguna media sosial sebagai bentuk kritik terhadap DPR dan pemerintah terkait revisi UU Pilkada. 

Lambang ini dipandang sebagai simbol perlawanan terhadap tindakan yang dinilai dapat merusak sistem demokrasi di Indonesia. 

Melalui unggahan-unggahan di media sosial, para aktivis mengajak masyarakat untuk turut serta dalam aksi protes di berbagai wilayah.

Munculnya simbol ini di tengah situasi politik yang memanas menandakan tingginya keresahan masyarakat terhadap langkah-langkah yang diambil oleh para pemangku kebijakan. 

BACA JUGA:Hj Hepy Safriani Siap Maju Pilkada Pagaralam 2024, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke Parpol

Konsolidasi melalui media sosial juga menunjukkan bagaimana teknologi digital kini menjadi sarana penting dalam menyuarakan opini dan menggerakkan aksi massa.

Dengan semakin meluasnya penggunaan lambang ini, tampaknya protes terhadap revisi UU Pilkada akan terus berkembang, baik di dunia maya maupun di lapangan.

Apakah lambang Garuda Pancasila dengan peringatan darurat ini akan menjadi simbol perlawanan jangka panjang atau hanya tren sementara? 

Hanya waktu yang akan menjawab. Namun, yang pasti, suara masyarakat semakin nyaring terdengar di era digital ini.

 

Source: www.bbc.com - Mengapa Garuda Pancasila digunakan dalam 'peringatan darurat Indonesia' dan demo di DPR?

https://www.bbc.com/indonesia/articles/cpdlj0x9yyjo

Kategori :