Suku Bantik, yang memiliki hubungan dekat dengan suku Minahasa, menetap di daerah seperti Kalasei dan Buha.
Mereka memiliki kemiripan fisik dengan suku Minahasa dan berbicara dalam bahasa Bantik, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia dengan berbagai dialek.
Dikenal karena gaya hidup sederhana serta keterampilan dalam bertani dan berdagang, suku ini juga menganut agama Kristen.
Makanan khas mereka meliputi nasi jagung dan ikan roa bakar.
Suku Tonsea
Suku Tonsea, yang termasuk dalam kelompok Minahasa, berada di timur laut Kabupaten Minahasa. Nama "Tonsea" berarti "orang-orang yang tinggal di dekat laut".
Mereka berbicara bahasa Tonsea, juga bagian dari rumpun bahasa Austronesia.
Suku ini terkenal karena keberanian dan keterampilan mereka dalam berlayar dan memancing. Kuliner khas mereka termasuk nasi jaha dan sambal dabu-dabu.
Suku Ponosakan
Suku Ponosakan, yang juga bagian dari Minahasa, tinggal di kecamatan Belang dan Ratatotok di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Mereka menggunakan bahasa Ponosakan yang memiliki beberapa dialek. Suku ini dikenal karena sikap taat dan keterampilan dalam bertani.
Makanan khas mereka mirip dengan Bantik, seperti nasi jagung dan ikan roa bakar.
Suku Sangir
Suku Sangir, yang mendiami Kepulauan Sangihe dan Talaud, memiliki kemiripan fisik dengan suku Minahasa dan Bantik.
Mereka berbicara bahasa Sangir dan dikenal sebagai suku yang mandiri serta terampil dalam berlayar dan kerajinan tangan.
Kuliner khas mereka meliputi nasi kuning dan sambal dabu-dabu.