Artefak bisnis juga diangkat menjadi tema tersendiri dalam buku ini. Prima N. Mulyasari dan G. Andika Ariwibowo mengangkat bab berjudul Helvetia di Sumatera, Monumen Skuadron Asia Jerman di Jawa: Jejak Sejarah Bangsa Swiss dan Jerman di Indonesia.
Bab terakhir dalam buku ini ditulis oleh Primasari dan Samarang dengan judul Jejak Belanda di Bidang Kesehatan: Peran dan Transformasi Institusi Biofarma sebagai Perusahaan Life Science.
Penutup atau epilog disampaikan oleh Wiwi yang menyebutkan adanya kontinuitas interaksi antara Eropa dan Indonesia.
Pengaruh Eropa juga menginspirasi serta meresap dalam cara berpikir, merasuk dalam karya budaya, struktur dan tata kelola sosial.
BACA JUGA:Liburan ke Sumba, Kamu Wajib Cicipi 5 Kuliner Khas yang Lezat
Spiritualitas secara dinamis juga membentuk, mentransformasi, dan mengkomodifikasi identitas kebangsaan Indonesia.
“Jejak Eropa tidak hanya merepresentasikan masa lalu tetapi juga sebagai iterasi (proses atau metode berulang) sejarah yang berkembang terus menerus,” tutupnya.
Lebih dari sekadar catatan sejarah, buku tulisan Harfiyah Widiawati dan tim ini membuka tirai untuk memperlihatkan interaksi yang berkelanjutan antara Indonesia dan Eropa.
Sudut pandang buku ini memosisikan negara, masyarakat, pasar, formalitas, informalitas, pusat maupun pinggiran sebagai institusi yang terintegrasi.