Romantisisme tersebut berkembang menjadi nasionalisme-populis di Indonesia. Kesenjangan sosial dan rasialisme kolonial memicu pencarian identitas otentik.
Pelukis Indonesia juga menciptakan karya campuran, menggabungkan genre Barat dengan konteks lokal sehingga seni lukis Indonesia menampilkan visi estetik nasionalisme dan anti-kolonialisme.
Pemaparan dilanjutkan pada bab berikutnya, yakni Dekolonisasi dan Pembebasan Perempuan dalam Karya Sastra dijelaskan oleh Dini Asmarani.
BACA JUGA:Menjelajahi 7 Desa Adat di Jawa Barat, Begini Keunikan Tradisinya
Untuk bab mengenai warisan Portugis di Konga, Nusa Tenggara Timur, yakni tentang Katolik dan Negosiasi Budaya Lokal dituturkan oleh Michael Don L, Angela Iban, dan Saiful Hakam.
Bab selanjutnya Tolstoy dan Religiusitas dijabarkan oleh Albert Muhammad dan Isrun Naini.
Tema bab-bab dalam buku ini juga mengenai kebijakan lingkungan dan hukum. Salah satunya yang ditulis oleh Bondan Widyatmoko dan Meilinda Sari Yayusman dengan narasi berjudul Kolonialisme dalam Kebijakan Lingkungan: Dari Agrarische Wet sampai dengan European Green Deal.
Foto : Kota Tua Jakarta--Instgram
Kemudian tentang kebijakan Low Emission Zone (LEZ) di Jakarta: Komitmen Pengurangan Emisi Karbon dari Uni Eropa ke Indonesia disampaikan oleh Choerunisa Noor Syahid dan tim.
BACA JUGA:Apa Saja Fakta Menarik Tentang Tidore? Temukan 6 Hal yang Pernah Rebutan Bangsa Eropa!
Isu hangat mengenai data pribadi juga diungkapkan lewat tulisan Hakki Fajriando, yakni berjudul Dekolonialisasi Perlindungan Hukum terhadap Data Pribadi di Indonesia.
Diuraikan juga judul Antara Segregasi Penduduk dan Persamaan di Hadapan Hukum: Perkembangan Hukum HAM di Indonesia dari Masa ke Masa yang diulas oleh Rifki Indra Maulana.
Tema mengenai pariwisata juga muncul diangkat oleh Erwiza Erman dalam Babnya berjudul Dari “Little Dutch” ke “Shared Story”: Kota Wisata Tambang Sawahlunto, Warisan Kolonial.
Ada pula bab berjudul Pariwisata Danau Toba pada Periode Kolonial dan Periode Kontemporer yang dipaparkan oleh Rakhman Priyatmoko.
BACA JUGA:Lembang Bandung: Suasana Eropa yang Memikat di Tengah Alam Indonesia
Bab selanjutnya memabahas mengenai Ereveld Menteng Pulo: Memorial Tourism untuk Perdamaian, yang diuraikan oleh Siti Hamidah.