Natuna: Dari Pelabuhan Kuno Sriwijaya hingga Jalur Strategis Dunia"

Kamis 15-08-2024,09:56 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Ribuan keping keramik yang terkubur di Pantai Natuna, Kepulauan Riau, menunjukkan bahwa wilayah ini pernah menjadi pelabuhan transit penting bagi Kerajaan Sriwijaya pada puncak kejayaannya, khususnya antara abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.

Keberadaan keramik serupa yang ditemukan di Pulau Sumatera memperkuat dugaan ini.

Naniek Harkantiningsih Wibisono, seorang peneliti senior dari Pusat Arkeologi Nasional (Pusarnas), mengungkapkan bahwa Pusarnas telah meneliti sekitar 1.200 keping keramik utuh dan 1.000 pecahan gerabah yang ditemukan di pesisir Natuna Ta.

Keramik ini berasal dari berbagai periode, mulai dari abad ke-10 hingga ke-20, dan berasal dari beberapa wilayah, termasuk Tiongkok, Vietnam, Thailand, dan Belanda.

"Keramik dari Tiongkok yang ditemukan meliputi masa Dinasti Song, Yuan, Ming, dan Qing, dengan jumlah terbesar berasal dari Dinasti Song (abad ke-12 hingga 13) dan Dinasti Yuan (abad ke-13 hingga 14)," ujar Naniek di Jakarta, Senin, 4 Agustus.

Jenis-jenis tembikar yang ditemukan meliputi mangkuk, guci, kendi, piring, gelas, dan tatakan.

Menurut Naniek, besar kemungkinan tembikar ini merupakan barang dagangan yang tersebar melalui jalur maritim. Sonny Wibisono, peneliti utama dari Pusarnas, menambahkan bahwa tembikar-tembikar ini ditemukan pada kedalaman rata-rata 40 sentimeter di pesisir Natuna.

Ia menduga bahwa para perompak di masa lalu mungkin telah mengubur tembikar tersebut untuk disimpan sementara sebelum diangkut kembali.

"Sebagian besar tembikar terkubur di sepanjang pantai, dan banyak warga setempat yang akhirnya mencari benda-benda ini, yang pada akhirnya merusak konteks arkeologisnya," tambah Gisela.

Tahun lalu, para peneliti juga menemukan kerangka seorang wanita yang terkubur menghadap arah tenggara-barat laut, meski penelitian lebih lanjut mengenai kerangka tersebut belum selesai dilakukan.

Jalur Pelayaran Internasional di Asia Timur

Selain letak geografisnya yang strategis, Pulau Natuna dan sekitarnya juga kaya akan sumber daya alam. Meskipun potensi perikanan di kawasan ini mencapai lebih dari satu juta ton per tahun, pemanfaatannya baru mencapai sekitar 36%, atau sekitar 4,3% dari luas wilayah Natuna.

Kegiatan ekonomi utama meliputi pertanian dan perkebunan, dengan komoditas seperti ubi-ubian, kelapa, karet, kelapa sawit, dan cengkeh. Sementara itu, pariwisata di kawasan ini menawarkan daya tarik bahari seperti pantai, pulau, gunung, air terjun, gua, dan kawasan budidaya.

Ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di utara Pulau Natuna, di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), menyimpan cadangan gas sebesar 222 triliun kaki kubik, menjadikannya salah satu yang terbesar di Asia.

Kategori :