PAGARALAMPOS.COM - Pada masa lalu, tanah Jawa pernah diguncang oleh pemberontakan yang dilakukan oleh seorang tokoh dari Madura yang dikenal dengan nama Trunojoyo.
Dia adalah sosok yang menantang kekuasaan Raja-Raja Jawa, mirip dengan tokoh sebelumnya, seperti Ranggalawe dan Aria Wiraraja.
Bagi raja-raja Jawa saat itu, keberadaan Trunojoyo tidak hanya sekadar ancaman, tetapi juga simbol dari potensi ancaman terhadap keutuhan dan kelangsungan kekuasaan di Jawa.
Trunojoyo, seperti Ranggalawe dan Aria Wiraraja, dianggap sebagai bahaya besar oleh para Raja Jawa karena dirinya bukanlah orang Jawa asli.
BACA JUGA:Monumen Sejarah di Sindangkasih, Mengenang Pertempuran Bersejarah 7 Agustus 1947
Bagaimanapun, dalam pandangan bangsa Jawa pada masa itu, seorang penguasa yang tidak berdarah Jawa dan memerintah di tanah Jawa dianggap sebagai aib besar.
Ini bukan hanya soal politik, tetapi juga soal harga diri dan martabat bangsa Jawa.
Oleh karena itu, apapun caranya, Trunojoyo harus dihentikan untuk melindungi kehormatan tersebut.
--
Pemberontakan yang dipimpin oleh Trunojoyo tidaklah sembarangan.
BACA JUGA:Mengungkap Asal Usul Nama Sasak, Ini 8 Teori yang Menceritakan Sejarah Pulau Lombok
Bahkan, pemberontakan ini berhasil mencapai titik yang cukup mengkhawatirkan, yaitu dengan menduduki Keraton Mataram dan memaksa Raja Mataram saat itu, Amangkurat I, melarikan diri.
Pelarian ini berakhir tragis bagi Amangkurat I, yang akhirnya meninggal dalam pelariannya di Tegal.
Setelah wafatnya Amangkurat I, tanggung jawab besar berada di pundak putranya, Amangkurat II.
Sebagai Putra Mahkota, Amangkurat II menghadapi tantangan besar untuk mengembalikan martabat dan kekuasaan orang Jawa yang pada saat itu tengah terancam oleh aliansi pemberontak yang didukung oleh berbagai kelompok dari Madura, Makassar, serta Sunda (Cirebon dan Banten).