Meskipun tidak diakui dalam Islam, sumpah pocong tetap dilakukan di beberapa daerah dengan keyakinan bahwa hal itu bisa menjadi solusi ampuh untuk menyelesaikan perselisihan.
Hal ini sering kali menimbulkan kontroversi, baik di kalangan ulama maupun di masyarakat umum.
Banyak ulama yang mengecam praktik ini karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam dan lebih condong ke arah mistisisme atau kepercayaan lokal yang tidak selaras dengan syariat.
Selain itu, sumpah pocong juga dapat menimbulkan dampak sosial yang cukup signifikan.
BACA JUGA:Punya Tantangan di Bisnis Franchise yang Minim Modal? Coba Terapka Cara Ini Agar Usahamu Berkembang
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis Ramah Lingkungan, Langkah Praktis untuk Perubahan Positif
Misalnya, jika seseorang yang bersumpah pocong ternyata tidak terbukti bersalah, namun kemudian mengalami nasib buruk, hal ini bisa memicu ketakutan dan kepercayaan bahwa sumpah pocong benar-benar memiliki kekuatan magis.
Padahal, dalam Islam, takdir dan nasib seseorang sepenuhnya berada di tangan Allah, bukan karena ritual tertentu.
BACA JUGA:Penelitian Menunjukkan Perbedaan Harga Koin Kripto di Berbagai Platform Tahun 2024
BACA JUGA:Daftar Koin Kripto Tertinggi Mendominasi Pasar Global Terbaru 2024
Di sisi lain, sumpah pocong juga bisa menimbulkan keretakan hubungan sosial jika hasil sumpah tersebut tidak diterima oleh salah satu pihak.
Alih-alih menyelesaikan masalah, praktik ini bisa menimbulkan masalah baru, seperti dendam atau permusuhan yang berkepanjangan.
Sumpah pocong adalah salah satu bentuk sumpah yang dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di daerah yang masih memegang teguh tradisi leluhur.
Namun, praktik ini tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam dan lebih bersifat sebagai warisan budaya lokal.
Dalam Islam, sumpah harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya boleh dilakukan dengan nama Allah.
BACA JUGA:Inilah 6 Rekomendasi Wisata di Aceh yang Miliki Keindahan Menakjubkan