Tekwan disajikan dengan bihun, jamur kuping, dan bawang goreng, memberikan rasa segar dan gurih yang diperoleh dari udang kering dalam kuahnya.
4. Suku Komering
Suku Komering dikenal dengan Tempoyak, yaitu daging durian yang difermentasi dan dimasak dengan bumbu-bumbu.
Tempoyak sering digunakan sebagai sambal atau bahan campuran dalam masakan seperti brengkes tempoyak (ikan dibungkus daun pisang dan dimasak dengan tempoyak) atau pindang tempoyak (ikan direbus dengan tempoyak).
Sejarah Kuliner Khas di Sumatera Selatan:
- Pempek: Berasal dari abad ke-16, ketika seorang wanita asal Cina yang tinggal di tepi Sungai Musi mulai membuat makanan dari ikan tenggiri dan tepung sagu untuk dijual kepada nelayan.
Nama "pempek" berasal dari kata "pek-pek," sebutan untuk nenek dalam bahasa Hokkien, mencerminkan akulturasi budaya Tionghoa.
- Tekwan: Muncul pada abad ke-19, ketika pedagang Cina di Sungai Musi memperkenalkan makanan mirip bakso ikan.
Tekwan kemudian disesuaikan dengan selera lokal dengan menambahkan kuah udang dan bahan lokal, dinamai dari suara "tek-tek" yang dihasilkan saat mengaduk adonan ikan.
- Burgo: Dikenal sejak abad ke-20, ketika perantau dari Sumatera Barat di daerah pegunungan Gunung Dempo mengembangkan makanan mirip lontong sayur dengan tepung beras dan kuah santan ikan gabus.
Nama "burgo" berasal dari kata "bungo," sebutan untuk bunga dalam bahasa Minangkabau.
- Tempoyak: Makanan ini memiliki sejarah panjang, berasal dari pemanfaatan durian melimpah oleh petani di sepanjang sungai Komering.
Tempoyak dinamai dari "tampoi," sebutan untuk durian dalam bahasa Melayu.
Dengan beragam kuliner ini, Sumatera Selatan menawarkan cita rasa yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarahnya yang mendalam.