Mantera yang digunakan mencakup doa-doa, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dua kalimat syahadat, dan pantun-pantun dalam bahasa asli Suku Bonai.
Selama ritual, Bomo akan memegangi Lukah yang bergerak perlahan.
Seiring waktu, pergerakan Lukah menjadi semakin kuat dan Bomo akan meminta bantuan dari asistennya dan beberapa penonton untuk mengontrol pergerakan tersebut.
BACA JUGA:Sebagian Wanita Sparta Punya Dua Suami, Mengupas Kisah Sejarah Yunani Kuno!
Ritual ini menggambarkan betapa besar pengaruh agama Islam terhadap budaya dan sosial masyarakat Suku Bonai, meskipun mereka tetap menjaga elemen-elemen tradisional dalam praktik mereka.
Perlunya Perhatian dan Pelestarian
Suku Bonai sebagai suku yang dinilai sebagai Proto Melayu (Melayu Tua) memerlukan perhatian khusus untuk pelestarian adat dan budayanya.
BACA JUGA:Peninggalan Bersejarah Candi Arjuna yang diyakini Miliki Segelintir Kisah Menarik!
Keberadaan mereka yang terisolasi membuat mereka menjadi kelompok yang rentan terhadap ancaman kehilangan budaya.
Oleh karena itu, kajian lebih lanjut dan dukungan dari Pemerintah serta masyarakat Provinsi Riau sangat penting untuk melestarikan warisan budaya Suku Bonai.
Sebagai suku pedalaman yang jarang terhubung dengan dunia luar, Suku Bonai menyimpan banyak aspek budaya dan sosial yang perlu dipelajari dan dilestarikan.
Upaya pelestarian yang berkelanjutan akan memastikan bahwa tradisi dan bahasa mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga dihargai sebagai bagian integral dari warisan budaya Nusantara.
BACA JUGA:Batu Ajaib dari Langit? Mengupas Kisah Penemuan Meteorit Maryborough yang Menggemparkan!
Dengan perhatian yang tepat, Suku Bonai dapat terus mempertahankan identitas mereka dan memberikan kontribusi berharga pada kekayaan budaya Indonesia.*