Berdiri megah di atas bukit buatan, benteng ini menghadap Kota Bengkulu sambil memandang Samudra Hindia yang luas.
Namun, sejarah benteng ini tidak selalu berjalan mulus. Pada suatu waktu, rakyat Bengkulu melakukan pemberontakan yang mengakibatkan Pembakaran benteng, memaksa penghuninya untuk sementara mengungsi ke Madras.
Pada tahun 1724, setelah mengadakan perjanjian, mereka kembali dan benteng ini direstorasi.
Tahun-tahun berikutnya, Benteng Marlborough menjadi saksi dari berbagai peristiwa penting.
BACA JUGA:Pusing 7 Keliling, Ini Penemuan Terbaru Gunung Padang
Pada tahun 1793, serangan terjadi dan menyebabkan tewasnya seorang opsir Inggris, Robert Hamilton. Pada tahun 1807, residen Thomas Parr juga tewas dalam insiden lainnya.
Kedua peristiwa ini dihormati dengan didirikannya monumen-monumen di Kota Bengkulu oleh pemerintah Inggris.
Benteng Marlborough terus berperan sebagai pusat pertahanan bahkan ketika kepemilikan wilayah beralih.
Selama masa pemerintahan Hindia Belanda (1825-1942), masa pendudukan Jepang (1942-1945), dan masa perang kemerdekaan Indonesia, benteng ini tetap relevan sebagai pusat pertahanan.
Setelah Jepang kalah pada tahun 1945, Benteng Marlborough menjadi markas Polri. Namun, Belanda merebut kembali benteng ini pada tahun 1949-1950.
Setelah Belanda akhirnya meninggalkan wilayah tersebut, benteng ini berfungsi sebagai markas TNI-AD. Pada tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya.
Salah satu ciri khas Benteng Marlborough adalah arsitektur dan tata letaknya yang unik.
Dilihat dari atas, benteng ini menyerupai bentuk seekor kura-kura. Pintu utama benteng adalah kepala kura-kura, sementara badannya adalah benteng itu sendiri.
BACA JUGA:Istana Berusia 700 Tahun! Beginilah Isi Dari Penemuan Di Dalam Hutan Lamongan Jawa Timur
Bentuk ini mencerminkan tipikal benteng Eropa. Ukurannya cukup besar, dengan luas tanah mencapai 44.000 meter persegi dan ukuran fisik sekitar 240 x 170 meter.