Suku Bajo, Kecerdasan Ekologis Laut dalam Kearifan Lokalnya

Rabu 31-07-2024,21:52 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Bodok

Adapun air cucian wajan dan alat memasak mengandung arang dan jelaga yang dapat menyebabkan air keruh, sehingga dapat mengganggu kehidupan lamun dan 19 terumbu karang.

Pantangan dalam menjalani mamia kadialo merupakan upaya pemanfaatan sumber daya laut dalam jangka waktu tertentu.

Sementara larangan bagi penduduk membunuh penyu dan mendekati gugusan terumbu karang tertent.

Mengandung nilai pelestarian satwa guna mendukung eksistensi ekosistem perairan laut dan pesisir.

BACA JUGA:Wajib Banget Kamu Cobain! Begini 5 Tips Supaya Kamu dapat Berlibur ke Labuan Bajo dengan Hemat

Ramli dalam kesimpulannya menyebut bahwa masyarakat Bajo dekat dengan sumber daya dan ekosistem mangorve, lamun dan terumbu karang.

"Kondisi ekosistem ini tampak dipelihara dan dijaga dengan baik walaupun aktivitas masyarakat dan permukimannya berada di tengah ekosistem ini," tulis Ramli.

Komunitas Bajo memiliki kearifan lokal yang secara ekologis mampu mempertimbangkan kepentingan permukiman dengan konsep pelestarian ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang.

Tradisi mamia kadialo dengan pantangannya memiliki nilai pelestarian ekosistem pesisir.

"Penggunaan peralatan sederhana pada kegiatan penangkapan ikan dinilai dapat memberi konsekuensi ekologis yang positif bagi kelangsungan sistem ekologi beserta sumber daya hayatinya," papar Ramli.

BACA JUGA:Kerajaan Gowa Tallo: Peran dan Pengaruh Islam dalam Sejarah Sulawesi Selatan

Walau perkembangan ilmu pengetahuan makin maju, pengetahuan lokal tentang gejala alam yang dimiliki masyarakat Bajo masih menjadi acuan bagi mereka dalam menjalani kehidupan di laut.

"Kearifan lokal dalam tradisi, perilaku dan pengetahuan lokal ini memiliki nilai-nilai ekologis dan prinsip pelestarian lingkungan pesisir sebagai bentuk kecerdasan ekologis masyarakat Bajo," simpul Ramli.

Ramli menyarakan, perlu adanya upaya untuk mendalami dan merekonstruksi kearifan lokal masyarakat pesisir suku Bajo sehingga dapat disesuaikan untuk masyarakat pesisir lainnya.

Dia juga berharap, "Kearifan lokal ini menjadi bahan pemikiran yang konstruktif bagi perumusan kebijakan pengelolaan kawasan pesisir."

Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto. (*)

Kategori :