PAGARALAMPOS.COM - Suku Manchu, yang berasal dari kelompok etnis Tungus, dikenal sebelumnya dengan nama Jurchen dan merupakan penduduk asli Tiongkok Timur Laut, termasuk wilayah Manchuria. Saat ini, mereka adalah kelompok etnis terbesar kelima di Tiongkok setelah Han, Zhuang, Uighur, dan Hui.
Kehidupan dan Keyakinan Suku Manchu dalam Sejarah Tiongkok
Berbeda dengan bangsa-bangsa tetangga seperti Mongol dan Uighur, suku Manchu merupakan kelompok petani menetap. Mereka menanam berbagai jenis tanaman tradisional seperti sorgum, millet, kedelai, dan apel, serta mengadaptasi tanaman dari Dunia Baru seperti tembakau dan jagung.
Peternakan mereka melibatkan beternak sapi dan lembu, serta memelihara ulat sutra. Selain itu, suku Manchu juga aktif dalam berburu dengan keterampilan memanah dan penggunaan elang.
Sebelum penaklukan mereka atas Kekaisaran Tiongkok, suku Manchu menganut kepercayaan perdukunan. Dukun di kalangan mereka melakukan berbagai ritual seperti mempersembahkan korban kepada roh leluhur dan melakukan tarian untuk penyembuhan dan pengusiran roh jahat. Selama periode Dinasti Qing (1644-1911), kepercayaan masyarakat Tiongkok memengaruhi sistem kepercayaan Manchu. Banyak aspek Konfusianisme diadopsi ke dalam budaya Manchu, dan beberapa dari mereka juga mengadopsi agama Buddha, khususnya Buddha Tibet.
Perempuan Manchu menikmati status yang lebih setara dibandingkan laki-laki, termasuk pelarangan pengikatan kaki pada anak perempuan, yang berbeda dari kebiasaan masyarakat Han.
Pengaruh Suku Manchu dalam Kekaisaran Tiongkok
Suku Manchu, yang sebelumnya dikenal sebagai Jurchen, mendirikan Dinasti Jin yang berkuasa dari tahun 1115 hingga 1234. Dinasti ini berbeda dari Dinasti Jin yang lebih awal, yang berdiri dari tahun 265 hingga 420. Dinasti Jin bersaing dengan Dinasti Liao untuk menguasai wilayah Manchuria dan sekitarnya, namun akhirnya jatuh ke tangan Mongol pada tahun 1234.
Pada April 1644, setelah pemberontakan Han Tiongkok meruntuhkan ibu kota Dinasti Ming di Beijing, tentara Manchu diundang untuk merebut kembali ibu kota tersebut. Mereka berhasil masuk ke Beijing dan menguasai kota tersebut, mendirikan Dinasti Qing yang kemudian memerintah Tiongkok selama lebih dari 250 tahun sebagai kekaisaran terakhir dalam sejarah Tiongkok.
Kontroversi Nama Manchu
Nama "Manchuria" sering menjadi kontroversial karena berasal dari adopsi nama Jepang "Manshu" pada abad ke-19, yang digunakan oleh Kekaisaran Jepang untuk merujuk wilayah tersebut. Pada awal abad ke-20, Jepang mencaplok wilayah tersebut. Suku Manchu dan orang Tiongkok sendiri biasanya tidak menggunakan istilah ini, lebih memilih menyebut wilayah tersebut sebagai "Timur Laut" atau "Tiga Provinsi Timur Laut". Nama Manchu masih digunakan dalam bahasa Inggris untuk merujuk wilayah Tiongkok timur laut, meskipun Hong Taiji, Kaisar Taizong dari Dinasti Qing, melarang penggunaan nama Jurchen pada tahun 1636.
Saat ini, terdapat lebih dari 10 juta etnis Manchu di Tiongkok, meskipun hanya sedikit yang masih berbicara bahasa Manchu. Dengan runtuhnya Dinasti Ming, suku Manchu mendirikan dinasti baru yang memberikan dampak besar dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok.