Produk TV LED menjadi salah satu yang paling terdampak oleh banjir impor ini.
Sharp sendiri, meskipun menghadapi tekanan besar dari produk impor, memilih untuk tidak terjun dalam perang harga.
Mereka lebih memilih untuk menjaga harga jual produknya dengan tetap fokus pada produk-produk unggulan dan inovasi.
Upaya ini dilakukan walaupun mereka harus menghadapi tantangan seperti pelemahan nilai tukar rupiah yang mempengaruhi biaya impor bahan mentah.
BACA JUGA:Mahindra Thar Armada, Rival Suzuki Jimny 5 Pintu dengan Segudang Keunggulan
PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) juga mengalami dampak serupa.
Direktur Komersial mereka, Tekno Wibowo, mengungkapkan bahwa produk elektronik impor dengan mudahnya tersedia di platform e-commerce, yang merugikan produsen yang sudah memiliki pabrik di Indonesia.
Pasar elektronik dalam negeri mengalami perlambatan signifikan dalam penjualan, dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan nilai tukar yang tidak stabil.
Meskipun demikian, Polytron terus berusaha untuk bertahan dengan menghadirkan inovasi baru dalam produknya, seperti kulkas dengan teknologi terbaru dan TV LED dengan kualitas suara yang unggul.
BACA JUGA:Destinasi Pesisir Terbaik Vietnam, Cek Lokasinya Disini
Langkah ini diharapkan dapat membantu mereka mempertahankan pangsa pasar di tengah persaingan yang semakin ketat.
Dengan kondisi pasar yang tidak menentu dan tekanan dari produk impor yang masuk secara besar-besaran, industri elektronik nasional dihadapkan pada tantangan besar.
Kebijakan impor yang lebih terkontrol mungkin perlu dipertimbangkan kembali untuk melindungi industri dalam negeri dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa mendatang. *