PAGARALAMPOS.COM - Belakangan ini, kota-kota di Indonesia menghadapi tren yang mengkhawatirkan: peningkatan suhu yang diperparah oleh efek Urban Heat Island (UHI).
Fenomena ini, yang ditandai dengan suhu yang jauh lebih tinggi di area perkotaan dibandingkan dengan lingkungan pedesaaannya, menghadirkan risiko yang signifikan yang membutuhkan upaya mitigasi segera, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Dwikorita Karnawati, kepala BMKG, menyoroti seriusnya situasi ini dalam sebuah workshop terbaru tentang Urban Heat Island 2024, yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Dia menekankan bahwa struktur geometris kompleks di kota-kota, penurunan vegetasi, dan efek rumah kaca berkontribusi pada fenomena UHI.
BACA JUGA:Indonesia Siapkan Unit Khusus untuk Keamanan Data Nasional, Langkah Strategis dalam Era Digita
BACA JUGA:Vietnam Ketar-ketir Bertemu Timnas U-16 Indonesia di Final ASEAN Cup U-16 2024
"Urban Heat Island harus ditangani secara kolektif. Hal ini memerlukan kesadaran dan tindakan nyata untuk menghadapi dampaknya," ujar Dwikorita.
Dia menekankan bahwa selama tiga dekade terakhir, efek UHI telah terasa secara signifikan di sejumlah besar kota besar di Indonesia seperti Jabodetabek, Medan, Surabaya, Makassar, dan Bandung, yang semuanya termasuk dalam 20% kota dengan nilai Land Surface Temperature (LST) terbesar secara global.
Perubahan lingkungan perkotaan telah menciptakan kondisi iklim spesifik yang berbeda dengan wilayah sekitarnya, menghasilkan fenomena khusus Urban Heat Island, jelaskan Dwikorita.
Fenomena ini semakin diperparah oleh permukaan yang kedap air dan penutupan vegetasi yang berkurang, yang meningkatkan retensi panas di daerah perkotaan.
BACA JUGA:Atmosfer Markas Timnas Indonesia Terlalu Angker Bagi Timnas Australia
Selain itu, Dwikorita mengutip Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), yang menetapkan tahun 2023 sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah pengamatan instrumental. "
Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celsius di atas level pra-industri, mendekati ambang batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global menjadi 1,5 derajat Celsius," paparnya.
Indonesia sudah waspada menghadapi musim kemarau, BMKG menekankan perlunya upaya bersama untuk melawan peningkatan suhu perkotaan yang tengah terjadi.