Sati di India, Janda Bakar Diri Setelah Kematian Suami, Kalau di Indonesia Si Wanita?

Minggu 02-06-2024,15:20 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Bodok

Jauhar secara tradisional dilakukan oleh kasta atas namun akhirnya menyebar luas.

Praktek Sati mencapai puncaknya sekitar tahun 1000 M dan kemudian mulai menurun lagi secara bertahap.

Proses ini dipercepat selama periode Mughal dari tahun 1526 hingga 1857.

BACA JUGA:Mengenal Sisa-sisa Jejak Sejarah Kehidupan Masyarakat Kuno India

Dikatakan bahwa Kaisar Akbar sangat menentang Sati. Ia memberikan penghormatan kepada para janda yang ingin dikremasi bersama mendiang suaminya.

Namun, kaisar merasa bahwa bakar diri adalah cara yang salah untuk menghormati mendiang pasangannya.

Larangan serius pertama terhadap sati terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Aurangzeb yang mengeluarkan perintah pada tahun 1663.

Perintah tersebut menyatakan bahwa pemerintah daerah Mughal tidak lagi mengizinkan perempuan untuk dibakar.

BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Peradaban Kehidupan Masyarakat Kuno India Zaman Dahulu

Setelah pelarangan, sati menjadi sangat langka. Kecuali jika keluarga tersebut cukup kaya untuk menyuap pejabat setempat untuk melakukan hal ini.

Sati juga ditolak oleh pemerintah kolonial dan gereja. Masalahnya adalah tidak semua umat Hindu suka memberi tahu orang asing apa yang harus mereka lakukan.

Akibatnya, kasus Sati meningkat. Dari tahun 1815 hingga 1818, jumlah kematian akibat Sati meningkat dua kali lipat.

“Banyak umat Hindu di India melihat ini sebagai serangan terhadap tradisi dan cara hidup mereka,” tambah Mitchell.

Seiring berjalannya waktu, praktik Sati dilarang keras di seluruh negara bagian India.

BACA JUGA:Menggali Jejak Sejarah Kehidupan Masyarakat Kuno di India

Dilarang, Peraktik Sati Hilang Sendiri

Kategori :