PAGARALAMPOS.COM - Kerajaan Mesir Kuno mencatat kejayaan penguasa Amenhotep III. Berkat kecanggihan teknologi forensik wajah Firaun terkaya tersebut.
Amenhotep III ditahbiskan menjadi Firaun terkaya pada era Mesir Kuno pada zaman keemasan sekira 3.400 tahun lalu.
Tim ahli multinasional, termasuk di dalamnya Cicero Moraes berhasil mengungkap kemiripan wajah dari sang Firaun legendaris ini menggunakan teknik forensik canggih dan data dari tengkorak muminya.
Michael Habicht, arkeolog Universitas Flinders, Australia merintis proyek tersebut.
BACA JUGA:Mengungkap Jejak Sejarah Cirebon yang Berhubungan dengan Prabu Siliwangi
BACA JUGA:Sejarah Hajar Aswad, Diriwayatkan Batu Langit Yang Dibawa Malaikat Jibril
Ilmuwan mengungkap wajah Amenhotep III, salah satu firaun terkaya sepanjang masa Setelah 3.400 tahun, para peneliti mengungkap wajah firaun menggunakan teknologi rekonstruksi digital canggih.
Meskipun ia dihormati oleh beberapa orang Mesir kuno, ia ternyata pendek, gemuk, dan botak. Amenhotep memerintah Mesir pada tahun 1386 SM.
Ia memerintah ketika negaranya mencapai kemakmuran dan kekuatan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan memberinya julukan “Yang Hebat.” Salah satu bukti terbesar ketenarannya di Mesir adalah banyaknya jumlah patung yang tersebar di seluruh kerajaannya, lebih banyak dibandingkan firaun lainnya.
BACA JUGA:Peta-Peta Penting Sepanjang Sejarah Kartografi, Dari Yang Kuno Hingga Pencetus Globe
BACA JUGA:Jadi Bukti Peradaban Manusia di Zaman Batu! Arkeolog Berhasil Temukan Benteng Prasejarah di Serbia
Habicht menggambarkan penampakan Amenhotep III sangat berbeda dengan patungnya yang banyak beredar.
“Ini adalah wajah tenang bagi seseorang yang mempromosikan perdamaian dan hidup di masa kemakmuran ekonomi terbesar,” kata Habicht, menyoroti kontras antara wajah tenang dan citra kuat yang digambarkan dalam seni kuno dilansir dari Ancient Origins
Melalui teknik menggunakan tengkorak Firaun, pakar grafis asal Brazil Cicero Moraes secara digital membuat ulang wajah Amenhotep III.
Ia mengintegrasikan data tambahan dari donor yang masih hidup untuk memperkirakan dimensi fitur wajahnya.