PAGARALAMPOS.COM - Arkeolog dari Freie Universität Berlin bersama tim internasional telah menemukan monumen bersejarah berupa benteng prasejarah.
Benteng ini dianggap tertua di dunia karena telah menjadi bagian dari masyarakat ribuan tahun yang lalu. Benteng ini ditemukan oleh para arkeolog di wilayah terpencil Serbia.
Temuan ini membantu para peneliti menjelaskan bagaimana masyarakat kuno membangun struktur pertahanan yang kompleks.
Bangunan kuno juga menunjukkan bahwa manusia mulai membangun pemukiman dengan struktur yang kompleks ketika masa pertanian muncul.
BACA JUGA:Sosok Firaun Menkaure dalam Sejarah Mesir Kuno
BACA JUGA:Eksplorasi Kebudayaan dan Sejarah Kesultanan Deli di Sumatera Utara
Sacsayhuamán, sebuah situs suci yang terletak di Pegunungan Andes, Kota Cusco, menyimpan misteri yang belum terpecahkan.
Dikenal sebagai bekas ibu kota Suku Inca, situs ini menarik perhatian para peneliti karena kemungkinan adanya prasasti tersembunyi yang berusia 30.000 tahun, yang dapat merevolusi pemahaman kita tentang zaman batu dan sejarah dunia.
Salah satu teori yang paling menarik diajukan oleh Dr. Derek Cunningham, seorang penulis dan peneliti yang teorinya tentang Sacsayhuamán telah memicu kontroversi.
Dr. Cunningham mengusulkan bahwa sudut-sudut batu Sacsayhuamán mungkin memberikan wawasan tambahan tentang pengetahuan astronomi kuno Suku Inca.
BACA JUGA:Mengenal Peradaban Zaman Megalitikum, Jejak Prasejarah yang Menyimpan Warisan Budaya
BACA JUGA:Zubair Bin Awwam: Teladan Keberanian dan Kesetiaan dalam Sejarah Islam
Menurut Dr. Cunningham, pola sudut batu di Sacsayhuamán mungkin terkait dengan jenis tulisan geometris yang didasarkan pada pergerakan bulan dan matahari, yang telah ada sejak 30.000 tahun yang lalu.
Ia berpendapat bahwa sudut-sudut ini mencerminkan nilai astronomi yang digunakan untuk meramalkan gerhana serta penjajaran astronomi antara matahari, bulan, dan bumi.
Lebih lanjut, Dr. Cunningham menghubungkan temuan ini dengan pola astronomi yang teridentifikasi di tempat-tempat lain di dunia, seperti gua-gua Lascaux dan Chauvet di Eropa, tulang hitung Ishango di Afrika, dan batu yang diukir di Situs Paleolitik Shuidonggou di Cina.